Nabi Musa A.S. adalah seorang bayi yang dilahirkan dikalangan Bani
Isra'il yang pada ketika itu dikuasai oleh Raja Fir'aun yang bersikap kejam dan
zalim. Nabi Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub adalah beribukan
Yukabad.Setelah meningkat dewasa Nabi Musa telah beristerikan dengan puteri
Nabi Syu'aib yaitu Shafura.Dalam perjalanan hidup Nabi Musa untuk menegakkan
Islam dalam penyebaran risalah yang telah diutuskan oleh Allah kepadanya ia
telah diketemukan beberapa orang nabi diantaranya ialah bapa mertuanya Nabi
Syu'aib, Nabi Harun dan Nabi Khidhir. Di sini juga diceritakan tentang
perlibatan beberapa orang nabi yang lain di antaranya Nabi Somu'il serta Nabi
Daud
Catatan :
Para ahli tafsir berselisih pendapat tentang Syu'aib, mertua Nabi Musa. Sebagian besar berpendapat bahwa ia adalah Nabi Syu'aib A.S. yang diutuskan sebagai rasul kepada kaum Madyan, sedang yang lain berpendapat bahwa ia adalah orang lain yaitu yang dianggap adalah satu kebetulan namanya Syu'aib juga. Wallahu A'lam bisshawab
Catatan :
Para ahli tafsir berselisih pendapat tentang Syu'aib, mertua Nabi Musa. Sebagian besar berpendapat bahwa ia adalah Nabi Syu'aib A.S. yang diutuskan sebagai rasul kepada kaum Madyan, sedang yang lain berpendapat bahwa ia adalah orang lain yaitu yang dianggap adalah satu kebetulan namanya Syu'aib juga. Wallahu A'lam bisshawab
Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya
Raja Fir'aun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi Musa,
adalah seorang raja yang zalim, kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ia
memerintah negaranya dengan kekerasan, penindasan dan melakukan sesuatu dengan
sewenang-wenangnya. Rakyatnya hidup dalam ketakutan dan rasa tidak aman tentang
jiwa dan harta benda mereka, terutama Bani Isra'il yang menjadi hamba
kekejaman, kezaliman dan bertindak sewenang-wenangnya dari raja dan
orang-orangnya. Mereka merasa tidak tenteram dan selalu dalam keadaan gelisah,
walau pun berada dalam rumah mereka sendiri. Mereka tidak berani mengangkat
kepala bila berhadapan dengan seorang hamba raja dan berdebar hati mereka
karena ketakutan bila kedengaran suara pegawai-pegawai kerajaan lalu di sekitar
rumah mrk, apalagi bunyi kasut mrk sudah terdengar di depan pintu.
Raja Fir'aun yang sedang mabuk kuasa yang tidak terbatas itu,
bergelimpangan dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada taranya,
bahkan mengumumkan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Pd
suatu hari beliau telah terkejut oleh ramalan oleh seorang ahli nujum kerajaan
yang dengan tiba-tiba dtg menghadap raja dan memberitahu bahwa menurut
firasatnya falaknya, seorang bayi lelaki akan dilahirkan dari kalangan Bani
Isra'il yang kelak akan menjadi musuh kerajaan dan bahkan akan membinasakannya.
Raja Fir'aun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki yang dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan agar diadakan pengusutan yang teliti sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah dimasuki dan diselidiki dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada saat melahirkan bayinya.
Raja Fir'aun menjadi tenang kembali dan merasa aman tentang kekebalan kerajaannya setelah mendengar para anggota kerajaannya, bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang masih hidup. Ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah tidak dpt dibendung dan bahwa takdirnya bila sudah difirman "Kun" pasti akan wujud dan menjadi kenyataan "Fayakun". Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun besarnya dan kekuatan bagaimana hebatnya dapat menghalangi atau mengagalkannya.
Raja Fir'aun sesekali tidak terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zalim itu bahwa kerajaannya yang megah, menurut apa yang telah tersirat dalam Lauhul Mahfudz, akan ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru diasuh dan dibesarkan di dalam istananya sendiri akan diwarisi kelak oleh umat Bani Isra'il yang dimusuhi, dihina, ditindas dan disekat kebebasannya. Bayi asuhnya itu ialah laksana bunga mawar yang tumbuh di antara duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul menyingsing dari tengah kegelapan yang mencekam.
Raja Fir'aun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki yang dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan agar diadakan pengusutan yang teliti sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah dimasuki dan diselidiki dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada saat melahirkan bayinya.
Raja Fir'aun menjadi tenang kembali dan merasa aman tentang kekebalan kerajaannya setelah mendengar para anggota kerajaannya, bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang masih hidup. Ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah tidak dpt dibendung dan bahwa takdirnya bila sudah difirman "Kun" pasti akan wujud dan menjadi kenyataan "Fayakun". Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun besarnya dan kekuatan bagaimana hebatnya dapat menghalangi atau mengagalkannya.
Raja Fir'aun sesekali tidak terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zalim itu bahwa kerajaannya yang megah, menurut apa yang telah tersirat dalam Lauhul Mahfudz, akan ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru diasuh dan dibesarkan di dalam istananya sendiri akan diwarisi kelak oleh umat Bani Isra'il yang dimusuhi, dihina, ditindas dan disekat kebebasannya. Bayi asuhnya itu ialah laksana bunga mawar yang tumbuh di antara duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul menyingsing dari tengah kegelapan yang mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang duduk
seorang diri di salah satu sudut rumahnya menanti dtgnya seorang bidan yang
akan memberi pertolongan kepadanya melahirkan bayi dari dalam kandungannya itu.
Bidan dtg dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama sembilan bulan dalam keadaan selamat, segar dan sihat afiat. Dengan lahirnya bayi itu, maka hilanglah rasa sakit yang luar biasa dirasai oleh setiap perempuan yang melahirkan namun setelah diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan khuatir bahwa bayinya yang sgt disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Fir'aun. Ia mengharapkan agar bidan itu merahsiakan kelahiran bayi itu dari sesiapa pun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan merahsiakan kelahiran bayi itu.
Bidan dtg dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama sembilan bulan dalam keadaan selamat, segar dan sihat afiat. Dengan lahirnya bayi itu, maka hilanglah rasa sakit yang luar biasa dirasai oleh setiap perempuan yang melahirkan namun setelah diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan khuatir bahwa bayinya yang sgt disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Fir'aun. Ia mengharapkan agar bidan itu merahsiakan kelahiran bayi itu dari sesiapa pun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan merahsiakan kelahiran bayi itu.
etelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan
selalu berada dalam keadaan cemas dan khuatir terhadap keselamatan bayinya.
Allah memberi ilham kepadanya agar menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti
yang tertutup rapat, kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu terapung
di atas sungai Nil. Yukabad tidak boleh bersedih dan cemas ke atas keselamatan
bayinya karena Allah menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan
mengutuskannya sebagai salah seorang rasul.
Dengan bertawakkal kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap
jaminan Illahi, mak dilepaskannya peti bayi oleh Yukabad, setelah ditutup rapat
dan dicat dengan warna hitam, terapung dipermukaan air sungai Nil. Kakak Musa
diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti rahsia itu agar
diketahui di mana ia berlabuh dan ditangan siapa akan jatuh peti yang
mengandungi erti yang sgt besar bagi perjalanan sejarah umat manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam istana dan diserahkan kepada ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad yang segera diberitahu oleh anak perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi kosonglah hatinya karena sedih dan cepat serta hampir saja membuka rahsia peti itu, andai kata Allah tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan hanya kepada jaminan Allah yang telah dinerikan kepadanya.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam istana dan diserahkan kepada ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad yang segera diberitahu oleh anak perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi kosonglah hatinya karena sedih dan cepat serta hampir saja membuka rahsia peti itu, andai kata Allah tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan hanya kepada jaminan Allah yang telah dinerikan kepadanya.
Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh Aisah, isterinya, tentang bayi
laki-laki yang ditemui di dalam peti yang terapung di atas permukaan sungai
Nil, segera memerintahkan membunuh bayi itu seraya berkata kepada isterinya:
"Aku khuatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh
dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami y besar
ini." Akan tetapi isteri Fir'aun yang sudah terlanjur menaruh simpati dan
sayang terhadap bayi yang lucu dan manis itu, berkata kepada suaminya:
"Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan
lebih baik kami ambil dia sebagai anak, kalau-kalau kelak ia akan berguna dan
bermanfaat bagi kami. Hatiku sgt tertarik kepadanya dan ia akan menjadi
kesayanganku dan kesayangmu". Demikianlah jika Allah Yang Maha Kuasa
menghendaki sesuatu maka dilincinkanlah jalan bagi terlaksananya takdir itu.
Dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk
menjadi rasul-Nya, menyampaikan amanat wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang
sudah sesat.
Nama Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga Fir'aun, bererti air dan pohon {Mu=air , Sa=pohon} sesuai dengan tempat ditemukannya peti bayi itu. Didatangkanlah kemudian ke istana beberapa inang untuk menjadi ibu susuan Musa. Akan tetapi setiap inang yang mencuba dan memberi air susunya ditolak oleh bayi yang enggan menyedut dari setiap tetk yang diletakkan ke bibirnya. Dalam keadaan isteri Fir'aun lagi bingung memikirkan bayi pungutnya yang enggan menetek dari sekian banyak inang yang didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa menawarkan seorang inang lain yang mungkin diterima oleh bayi itu.
Atas pertanyaan keluarga Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi itu, berkatalah kakak Musa: "Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini. Hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dpt menerima air susu ibu keluarga itu".
Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri Fir'aun dan seketika itu jugalah dijemput ibu kandung Musa sebagai inang bayaran. Maka begitu bibir sang bayi menyentuh tetek ibunya, disedutlah air susu ibu kandungnya itu dengan sgt lahapnya. Kemudian diserahkan Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh selama masa menetek dengan imbalan upah yang besar. Maka dengan demikian terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad bahwa ia akan menerima kembali puteranya itu.
Nama Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga Fir'aun, bererti air dan pohon {Mu=air , Sa=pohon} sesuai dengan tempat ditemukannya peti bayi itu. Didatangkanlah kemudian ke istana beberapa inang untuk menjadi ibu susuan Musa. Akan tetapi setiap inang yang mencuba dan memberi air susunya ditolak oleh bayi yang enggan menyedut dari setiap tetk yang diletakkan ke bibirnya. Dalam keadaan isteri Fir'aun lagi bingung memikirkan bayi pungutnya yang enggan menetek dari sekian banyak inang yang didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa menawarkan seorang inang lain yang mungkin diterima oleh bayi itu.
Atas pertanyaan keluarga Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi itu, berkatalah kakak Musa: "Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini. Hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dpt menerima air susu ibu keluarga itu".
Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri Fir'aun dan seketika itu jugalah dijemput ibu kandung Musa sebagai inang bayaran. Maka begitu bibir sang bayi menyentuh tetek ibunya, disedutlah air susu ibu kandungnya itu dengan sgt lahapnya. Kemudian diserahkan Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh selama masa menetek dengan imbalan upah yang besar. Maka dengan demikian terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad bahwa ia akan menerima kembali puteranya itu.
Setelah selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya ke
istana, di mana ia di asuh, dibesar dan dididik sebagaimana anak-anak raja yang
lain. Ia mengenderai kenderaan Fir'aun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara
Fir'aun berpakaian sehingga ia dikenal orang sebagai Musa bin Fir'aun.
Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam Al-Quran dari ayat 4 - 13 dalam surah "Al-Qashash" sebagai berikut :~
Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam Al-Quran dari ayat 4 - 13 dalam surah "Al-Qashash" sebagai berikut :~
"4.~ Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di
muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah dengan menindas segolongan
dari mrk, menyembelih anak lelaki mrk dan membiarkan hidup anak-anak perempuan
mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.5.~
Dan Kami hendak memberi kurnia kepada orang-orang yang tertindas di bumi
{Mesir} itu dan hendak menjadi mrk pemimpin dan menjadikan mrk orang-orang yang
mewarisi {bumi}.6.~ Dan Kami akan teguhkan kedudukan mrk di muka bumi dan akan
Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman berserta tenteranya apa yang selalu
mereka khuatirkan dari mereka itu.7.~ Dan Kami ilhamkan kepada ibu
Musa,"susukanlah dia, dan apabila kamu khuatir terhadapnya, maka jatuhkan
dia ke dalam sungai {Nil}. Dan janganlah kamu khuatir dan janganlah pula
bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan
menjadikannya {salah seorang} dari para rasul.8.~ Maka pungutlah ia oleh
keluarga Fir'aun yang akibatnya ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka.
Sesungguhnya Fir'aun dan Haman berserta tenteranya adalah orang-orang yang
bersalah.9.~ Dan berkatalah isteri Fir'aun: "Ia {Musa} biji mata bagiku
dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita
atau kita ambil ia menjadi anak," sedang mrk tiada menyedari.10.~ Dan
menjadi kekosongan hait ibu Musa, seandainya Kami tidak teguhkan hatinya, spy
ia termasuk orang-orang yang percaya {kepada janji Allah}.11.~ Dan berkatalah
ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia". Maka
kelihatan olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya.12.~ Dan
Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang nahu menyusukannya
sebelum itu, maka berkatalah saudara Musa: "Mahukah kamu aku tunjukkan
kepada kamu ahlul-bait yang akan memeliharakannya utkmu dan mrk dpt berlaku
baik kepadanya?"13.~ Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang
hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu
adalah benar, tetapi manusia kebanyakan tidak mengetahuinya." { Al-Qashash
: 4 ~ 13 }
Musa keluar dari Mesir
Sejak ia dikembali ke istana oleh ibunya setelah disusui, Musa
hidup sebagai slah seorang drp keluarga kerajaan hingga mencapai usia
dewasanya, dimana ia memperolehi asuhan dan pendidikan sesuai dengan tradisi
istana. Allah mengurniakannya hikmah dan pengetahuan sebagai persiapan tugas
kenabian dan risalah yang diwahyukan kepadanya. Di samping kesempurnaan dan
kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah kesempurnaan tubuh dan kekuatan
jasmani.
Musa mengetahui dan sedar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana dan tidak setitik darah Fir'aun pun mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah keturunan Bani Isra'il tg ditindas dan diperlakukan sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun. Karenanya ia berjanji kepada dirinya akan menjadi pembela kepada kamunya yang tertindas dan menjadi pelindung bagi golongan yang lemah yang menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para penguasa. Demikianlah maka terdorong oleh rasa setia kawannya kepada orang-orang yang madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan ia terpaksa meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.
Musa mengetahui dan sedar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana dan tidak setitik darah Fir'aun pun mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah keturunan Bani Isra'il tg ditindas dan diperlakukan sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun. Karenanya ia berjanji kepada dirinya akan menjadi pembela kepada kamunya yang tertindas dan menjadi pelindung bagi golongan yang lemah yang menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para penguasa. Demikianlah maka terdorong oleh rasa setia kawannya kepada orang-orang yang madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan ia terpaksa meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.
Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan di sebuah
lorong di waktu tengahari di mana keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya
sedang tidur siang, Ia melihat kedua berkelahi seorang dari golongan Bani
Isra'il bernama Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir'aun bernama Fa'tun. Musa
yang mendengar teriakan Samiri mengharapkan akan pertolongannya terhadap
musuhnya yang lebih kuat dan lenih besar itu, segera melontarkan pukulan dan
tumbukannya kepada Fatun yang seketika itu jatuh rebah an menghembuskan
nafasnya yang terakhir.
Musa terkejut melihat Fatun, orang Fir'aun itu mati karena
tumbukannya yang tidak disengajakan dn tidak akan mengharapkan membunuhnya. Ia
merasa berdoa dan beristighfar kepada Allah memohon ampun diatas perbuatannya
yang tidak sengaja, telah melayang nyawa salah seorang drp hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun menjadi perbualan ramai dan menarik para penguasa kerajaan yang menduga bahwa pasti orang-orang Isra'illah yang melakukan perbunuhan itu. Mereka menuntut agar pelakunya diberi hukuman yang berat , bila ia tertangkap.
Peristiwa matinya Fatun menjadi perbualan ramai dan menarik para penguasa kerajaan yang menduga bahwa pasti orang-orang Isra'illah yang melakukan perbunuhan itu. Mereka menuntut agar pelakunya diberi hukuman yang berat , bila ia tertangkap.
Anggota dan pasukan keamanan negara di hantarkan ke seluruh
pelusuk kota mencari jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang sebenarnya
hanya diketahui oleh Samiri dan Musa shj. akan tetapi, walaupun tidak orang
ketiga yang menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa cemas dan takut dan berada
dalam keadaan bersedia menghadapi akibat perbuatannya itu bila sampai tercium
oleh pihak penguasa.
Alangkah malangnya nasib Musa yang sudah cukup berhati-hati
menghindari kemungkinan terbongkarnya rahsia pembunuhan yang ia lakukan tatkala
ia terjebat lagi tanpa disengajakan dalam suatu perbuatan yang menyebabkan
namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi dengan
Samiri yang telah ditolongnya melawan Fatun, juga dalam keadaan berkelahi untuk
kali keduanya dengan salah seorang dari kaum Fir'aun. Melihat Musa berteriaklah
Samiri meminta pertolongannya. Musa menghampiri mereka yang sedang berkelahi
seraya berkata menegur Samiri: " Sesungguhnya engkau adalah seorang yang
telah sesat."
Samiri menyangkal bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia
mendekatinya, lalu berteriaklah Samiri berkata: "Apakah engkau hendak
membunuhku sebagaimana engkau telah membunuh seorang kelmarin? Rupanya engkau
hendak menjadi seorang yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang
mengadilkan kedamaian".
Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang Fir'aun, yang dengan cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang mencari jejaknya. Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun.
Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang Fir'aun, yang dengan cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang mencari jejaknya. Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun.
Selagi orang-orang Fir'aun mengatur rancangan penangkapan Musa,
seorang lelaki slah satu daripada sahabatnya datang dari hujung kota
memberitahukan kepadanya dan menasihatkan agar segera meninggalkan Mesir,
karena para penguasa Mesir telah memutuskan untuk membunuhnya apabila ia
ditangkap. lalu keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan Mesir, ssebelum
anggota polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu gerbangnya.
Tentang isi cerita ini, terdapat dalam al-Quran
yang dapat di baca di dalam surah "Al-Qashshas" ayat 14 - 21
sebagaimana berikut :~
"14.~ Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikannya hikmah dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.15.~ Dan Musa masuk ke kota {Memphis} ketika penduduknya sedang tidur, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang lelaki sedang bergaduh, yang seorangnya dari golongannya {Bani Isra'il} dan seorang lagi dari musuhnya {Kaum Fir'aun}. Maka orang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang dari musuhnya, lalu Musa menumbuknya dan matilah musuhnya itu. Musa berkta; "Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata {permusuhannya}.16.~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.17.~ Musa berkata : "Ya Tuhanku demi nikmat Engkau anugerahkan kepadaku, aku sesekali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa".18.~ Karena itu jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu dengan khuatir {akibat perbuatannya} maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongannya kelmarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sesat, yang nyata {kesesatannya}.19.~ Maka tatkala Musa hendak memegang dengan kuat orang yang menjadi musuh keduanya, berkata {seorang drp mereka}: "Hai Musa apakah engkau bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kelmarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri {ini}, dan tiadalah kamu bermaksud menjadi salah seorang dari orang yang mengadakan perdamaian".20.~ Dan datanglah seorang laki-laki dari hujung kota bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh itu keluarlah {dari kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.21.~ Mak keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khuatir. Dia berdoa: "Ya Tuhanku selamatkanlah dari orang-orang yang zalim itu." { Al-Qashash : 14 ~ 21 }
"14.~ Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikannya hikmah dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.15.~ Dan Musa masuk ke kota {Memphis} ketika penduduknya sedang tidur, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang lelaki sedang bergaduh, yang seorangnya dari golongannya {Bani Isra'il} dan seorang lagi dari musuhnya {Kaum Fir'aun}. Maka orang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang dari musuhnya, lalu Musa menumbuknya dan matilah musuhnya itu. Musa berkta; "Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata {permusuhannya}.16.~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.17.~ Musa berkata : "Ya Tuhanku demi nikmat Engkau anugerahkan kepadaku, aku sesekali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa".18.~ Karena itu jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu dengan khuatir {akibat perbuatannya} maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongannya kelmarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sesat, yang nyata {kesesatannya}.19.~ Maka tatkala Musa hendak memegang dengan kuat orang yang menjadi musuh keduanya, berkata {seorang drp mereka}: "Hai Musa apakah engkau bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kelmarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri {ini}, dan tiadalah kamu bermaksud menjadi salah seorang dari orang yang mengadakan perdamaian".20.~ Dan datanglah seorang laki-laki dari hujung kota bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh itu keluarlah {dari kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.21.~ Mak keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khuatir. Dia berdoa: "Ya Tuhanku selamatkanlah dari orang-orang yang zalim itu." { Al-Qashash : 14 ~ 21 }
Musa bertemu Jodoh di kota Madyan
Dengan berdoa kepada Allah: "Ya Tuhanku selamatkanlah aku
dari segala tipu daya orang-orang yang zalim" keluarlah Nabi Musa dari
kota Mesir seorang diri, tiada pembantu selain inayahnya Allah tiada kawan
selain cahaya Allah dan tiada bekal kecuali bekal iman dan takwa kepada Allah.
Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih karena meninggalkan tanahi
airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari buruan kaum fir'aun
yang ganas dan kejam itu.
Setelah menjalani perjalanan selama lapan hari lapan malam dengan berkaki ayam {tidak berkasut} sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa di kota Madyan yaitu kota Nabi Syu'aib yang terletak di timur jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin.
Setelah menjalani perjalanan selama lapan hari lapan malam dengan berkaki ayam {tidak berkasut} sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa di kota Madyan yaitu kota Nabi Syu'aib yang terletak di timur jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin.
Nabi Musa beristirehat di bawah sebuah pokok yang rendang bagi
menghilangkan rasa letihnya karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri
karena nasibnya sebagai salah seorang bekas anggota istana kerajaan yang
menjadi seorang pelarian dan buruan. Ia tidak tahu ke mana ia harus pergi dan
kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia tidak mengenal dan dikenal orang,
tiada sahabat dan saudara. Dalam keadaan demikian terlihatlah olehnya
sekumpulan penggembala berdesak-desak mengelilingi sebuah sumber air bagi
memberi minum ternakannya masing-masing, sedang tidak jauh dari tempat sumber
air itu berdiri dua orang gadis yang menantikan giliran untuk memberi minuman
kepada ternakannya, jika para penggembala lelaki itu sudah selesai dengan
tugasnya.
Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang menanti lalu dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang kamu tunggu di sini?" Kedua gadis itu menjawab: "Kami hendak mengambil air dan memberi minum ternakan kami namun kami tidak dapat berdesak dengan lelaki yang masih berada di situ. Kami menunggu sehingga mereka selesai memberi minum ternakan mereka. Kami harus lakukan sendiri pekerjaan ini karena ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak dapat berdiri, jangan lagi datang ke mari". Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata dua pun diambilkannyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian dikembalikannya kepada mrk setelah terisi air penuh sedang sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para pengembala.
Setibanya kedua gadis itu di rumah berceritalah keduanya kepada ayah mrk tentang pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya yangbtidak diminta itu mrk dapat lebih cepat kembali ke rumah drp biasa. Ayah kedua gadis yang bernama Syu'aib itu tertarik dengan cerita kedua puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua puterinya dan sekaligus menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke rumah.
Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang menanti lalu dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang kamu tunggu di sini?" Kedua gadis itu menjawab: "Kami hendak mengambil air dan memberi minum ternakan kami namun kami tidak dapat berdesak dengan lelaki yang masih berada di situ. Kami menunggu sehingga mereka selesai memberi minum ternakan mereka. Kami harus lakukan sendiri pekerjaan ini karena ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak dapat berdiri, jangan lagi datang ke mari". Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata dua pun diambilkannyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian dikembalikannya kepada mrk setelah terisi air penuh sedang sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para pengembala.
Setibanya kedua gadis itu di rumah berceritalah keduanya kepada ayah mrk tentang pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya yangbtidak diminta itu mrk dapat lebih cepat kembali ke rumah drp biasa. Ayah kedua gadis yang bernama Syu'aib itu tertarik dengan cerita kedua puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua puterinya dan sekaligus menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke rumah.
Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih
berada di bawah pohon yang masih melamun. Dalam keadaan letih dan lapar Musa
berdoa: "Ya Tuhanku aku sangat memerlukan belas kasihmu dan memerlukan
kebaikan sedikit brg makanan yang Engkau turunkan kepadaku."
Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong lamunannya: "Ayahku mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi engkau sekadar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air bagi kami dan ternakan kami."
Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong lamunannya: "Ayahku mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi engkau sekadar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air bagi kami dan ternakan kami."
Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada
mengenal dan dikenali orang tanpa berfikir panjang menerima undangan gadis itu
dengan senang hati. Ia lalu mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah
ayahnya yang bersedia menerimanya dengan penuh ramah-tamah, hormat dan
mengucapkan terimakasihnya.
Dalam berbincang-bincang dab bercakap-cakap dengan Syu'aib ayah
kedua gadis yang sudah lanjut usianya itu Musa mengisahkan kepadanya peristiwa
yang terjadi pd dirinya di Mesri sehingga terpaksa ia melarikan diri dan keluar
meninggalkan tanah airnya bagi mengelakkan hukuman penyembelihan yang telah
direncanakan oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya.
Berkata Syu'aib setelah mendengar kisah tamunya: "Engkau
telah lepas dari pengejaran dari orang-orang yang zalim dan ganas itu adalah
berkat rahmat Tuhan dan pertolongan-Nya. Dan engkau sudah berada di sebuah
tempat yang aman di rumah kami ini, di man engkau akan tinggallah dengan tenang
dan tenteram selama engkau suka."
Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib
sebagai tamu yang dihormati dan disegani Musa telah dapat menawan hati keluarga
tuan rumah yang merasa kagum akan keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan
jasmaninya, perilakunya yang lemah lembut, budi perkertinya yang halus serta
akhlaknya yang luhur. Hal mana telah menimbulkan idea di dalam hati salah
seorang dari kedua puteri Syu'aib untuk mempekerjakan Musa sebagai pembantu
mereka. Berkatalah gadis itu kepada ayahnya: "wahai ayah! Ajaklah Musa
sebagai pembantu kami menguruskan urusan rumahtangga dan penternakan kami. Ia
adalah seorang yang kuat badannya, luhur budi perkertinya, baik hatinya dan
boleh dipercayai."
Saranan gadis itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang memang sudah menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah, menunjukkan sikap bergaul yang manis perilaku yang hormat dab sopan serta tangan yang ringan suka bekerja, suka menolong tanpa diminta.
Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai Musa! Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak dan budi perkertimu yang luhur, selama engkau berada di rumah ini kami dan mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut, maka aku ingin sekali mengambilmu sebagai menantu, mengahwinkan engkau dengan salah seorang dari kedua gadisku ini. Jika engkau dengan senang hati menerima tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku minta engkau bekerja sebagai pembantu kami selama lapan tahun menguruskan penternakan kami dan soal-soal rumahtangga yang memerlukan tenagamu. Dan aku sangat berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu menambah dua tahun di atas lapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu."
Saranan gadis itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang memang sudah menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah, menunjukkan sikap bergaul yang manis perilaku yang hormat dab sopan serta tangan yang ringan suka bekerja, suka menolong tanpa diminta.
Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai Musa! Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak dan budi perkertimu yang luhur, selama engkau berada di rumah ini kami dan mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut, maka aku ingin sekali mengambilmu sebagai menantu, mengahwinkan engkau dengan salah seorang dari kedua gadisku ini. Jika engkau dengan senang hati menerima tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku minta engkau bekerja sebagai pembantu kami selama lapan tahun menguruskan penternakan kami dan soal-soal rumahtangga yang memerlukan tenagamu. Dan aku sangat berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu menambah dua tahun di atas lapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu."
Nabi Musa sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah darahnya dan
berada di negeri orang sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada sahabat
telah menerima tawaran Syu'aib iut sebagai kurniaan dari Tuhan yang akan
mengisi kekosongan hidupnya selaku seorang bujang yang memerlukan teman hidup
untuk menyekutunya menanggung beban penghidupan dengan segala duka dan dukanya.
Ia segera tanpa berfikir panjang berkata kepada Syu'aib: "Aku merasa sgt
bahagia, bahwa pakcik berkenan menerimaku sebagai menantu, semuga aku tidak
menghampakan harapan pakcik yang telah berjasa kepada diriku sebagai tamu yang
diterima dengan penuh hormat dan ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai
menantu, suami kepada anak puterinya. Syarat kerja yang pakcik kemukakan
sebagai maskahwin, aku setujui dengan penuh tanggungjawab dab dengan senang
hati."
Setelah masa lapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib ditambah
dengan suka rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah ia dengan puterinya yang
bernama Shafura. Dan sebagai hadiah perkahwinan diberinyalah pasangan penganti
baru itu oleh Syu'aib beberapa ekor kambing untuk dijadikan modal pertama bagi
hidupnya yang baru sebagai suami-isteri. Pemberian beberpa ekor kambing itu
juga merupakan tanda terimaksih Syu'aib kepada Musa yang selama ini di bawah
pengurusannya, penternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan
memberi hasil serta keuntungan yang berlipat ganda.
Bacalah tentang isi cerita yang terurai ini di
dalam ayat 22 sampai ayat 28, surah "Al-Qashash" juz 20 yang berbunyi
sebagai berikut :~
"22.~ Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa {lagi}: "Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23.~ Dan tatkala ia sampai di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum {ternakannya} dan ia menjumpai di belakang orang ramai itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternakannya. Musa berkata: "Apakah maksudmu {dengan berbuat begitu}?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan {ternakan kami} sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan {ternakkannya} sedang bapa kami orang tua yang telah lanjut umurnya."24.~ Maka Musa memberi minum ternakan itu {utk menolong} keduanya, kemudian kembali ke tempat yang teduh, lalu berdoa: " Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku."25.~ Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang daripada kedua wanita itu dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya bapaku memanggilmu agar ia memberi pembalasan {kebaikanmu} memberi minum {ternakan} kami." Maka tatkala Musa mendatangi bapanya {Syu'aib} dan menceritakan kepadanya cerita {mengenai dirinya}. Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut, kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu."26.~ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapaku, ambil ia sebagai orang yang bekerja {dengan kita}. karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja {dengan kita} ialah orang yang kuat lagi dpt dipercayai."27.~ Berkatalah dia {Syu'aib}: " Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku lapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari kemahuanmu, maka aku tidak mahu memberati kamu. Dan kamu insya-Allah kelak akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik."28.~ Dia berkata: "Itulah {perjanjian} antara aku dan kamu, mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku {lagi}. Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan." { Al-Qashash : 22 ~ 28 }
"22.~ Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa {lagi}: "Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23.~ Dan tatkala ia sampai di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum {ternakannya} dan ia menjumpai di belakang orang ramai itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternakannya. Musa berkata: "Apakah maksudmu {dengan berbuat begitu}?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan {ternakan kami} sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan {ternakkannya} sedang bapa kami orang tua yang telah lanjut umurnya."24.~ Maka Musa memberi minum ternakan itu {utk menolong} keduanya, kemudian kembali ke tempat yang teduh, lalu berdoa: " Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku."25.~ Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang daripada kedua wanita itu dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya bapaku memanggilmu agar ia memberi pembalasan {kebaikanmu} memberi minum {ternakan} kami." Maka tatkala Musa mendatangi bapanya {Syu'aib} dan menceritakan kepadanya cerita {mengenai dirinya}. Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut, kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu."26.~ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapaku, ambil ia sebagai orang yang bekerja {dengan kita}. karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja {dengan kita} ialah orang yang kuat lagi dpt dipercayai."27.~ Berkatalah dia {Syu'aib}: " Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku lapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari kemahuanmu, maka aku tidak mahu memberati kamu. Dan kamu insya-Allah kelak akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik."28.~ Dia berkata: "Itulah {perjanjian} antara aku dan kamu, mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku {lagi}. Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan." { Al-Qashash : 22 ~ 28 }
Musa A.S. pulang ke Mesir dan menerima Wahyu
Sepuluh tahun lebih Musa meninggalkan Mesir tanah airnya, sejak ia
melarikan diri dari buruan kaum Fir'aun. Suatu waktu yang cukup lama bagi
seseorang dpt bertahan menyimpan rasa rindunya kepada tanah air, tempat tumpah
darahnya , walaupun ia tidak pernah merasakan kebahagiaan hidup di dalam tanah
airnya sendiri. Apa lagi seorang seperti Musa yang mempunyai kenang-kenangan
hidup yang seronok dan indah selama ia berada di tanah airnya sendiri selaku
seorang dari keluarga kerajaan yang megah dan mewah, maka wajarlah bila ia
merindukan Mesir tanah tumpah darahnya dan ingin pulang kembali setelah ia
beristerikan Shafura, puteri Syu'aib.
Bergegas-gegaslah Musa berserta isterinya mengemaskan barang dan
menyediakan kenderaan lalu meminta diri dari orang tuanya dan bertolaklah
menuju ke selatan menghindari jalan umum supaya tidak diketahui oleh
orang-orang Fir'aun yang masih mencarinya.
Setibanya di "Thur Sina" tersesatlah Musa kehilangan
pedoman dan bingung manakah yang harus ia tempuh. Dalam keadaan demikian
terlihatlah oleh dia sinar api yang nyala-nyala di atas lereng sebuah bukit. Ia
berhenti lalu lari ke jurusan api itu seraya berkata kepada isterinya:
"Tinggallah kamu disini menantiku. Aku pergi melihat api yang menyala di
atas bukit itu dan segera aku kembali. Mudah-mudahan aku dapat membawa satu
berita kepadamu dari tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa sesuluh api
bagi menghangatkan badanmu yang sedang menggigil kesejukan."
Tatkala Musa sampai ke tempat api itu terdengar oleh dia suara
seruan kepadanya datang dari sebatang pohon kayu di pinggir lembah yang sebelah
kanannya pada tempat yang diberkahi Allah. Suara seruan yang didengar oleh Musa
itu ialah: "Wahai Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua
terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. Dan aku telah
memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya
aku ini adalah Allah tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah
solat untuk mengingat akan Aku."
Itulah wahyu yang pertama yang diterima langsung oleh Nabi Musa
sebagai tanda kenabiannya, di mana ia telah dinyatakan oleh Allah sebagai rasul
dan nabi-Nya yang dipilih Nabi Musa dalam kesempatan bercakap langsung dengan
allah di atas bukit Thur Sina itu telah diberi bekal oleh Allah yang Maha Kuasa
dua jenis mukjizat sebagai persiapan untuk menghadap kaum Fir'aun yang sombong dan
zalim itu.
Bertanyalah Allah kepada Musa: "Apakah itu yang engkau pegang dengan tangan kananmu hai Musa!" Suatu pertanyaan yang mengadungi erti yang lebih dalam dari apa yang sepintas lalu dapat ditangkap oleh Nabi Musa dengan jawapannya yang sederhana. "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan pdnya dan aku pukul daun dengannya untuk makanan kambingku. Selain itu aku dapat pula menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan lain yang penting bagiku."
Bertanyalah Allah kepada Musa: "Apakah itu yang engkau pegang dengan tangan kananmu hai Musa!" Suatu pertanyaan yang mengadungi erti yang lebih dalam dari apa yang sepintas lalu dapat ditangkap oleh Nabi Musa dengan jawapannya yang sederhana. "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan pdnya dan aku pukul daun dengannya untuk makanan kambingku. Selain itu aku dapat pula menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan lain yang penting bagiku."
Maksud dan erti dari pertanyaan Allah yang nampak sederhana itu
baru dimegertikan dan diselami oleh Musa setelah Allah memerintahkan kepadanya
agar meletakkan tongkat itu di atas tanah, lalu menjelmalah menjadi seekor ular
besar yang merayap dengan cepat sehingga menjadikan Musa lari ketakutan. Allah
berseru kepadanya: "Peganglah ular itu dan jangan takut. Kami akan
mengembalikannya kepada keadaan asal."
Maka begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap dan dipegang oleh Musa, ia segera kembali menjadi tongkat yang ia terima dari Syu'aib, mertuanya ketika ia bertolak dari Madyan.
Maka begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap dan dipegang oleh Musa, ia segera kembali menjadi tongkat yang ia terima dari Syu'aib, mertuanya ketika ia bertolak dari Madyan.
Sebagai mukjizat yang kedua, Allah memerintahkan kepada Musa agar
mengepitkan tangannya ke ketiaknya yang nyata setelah dilakukannya perintah
itu, tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau penyakit.
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah
"Thaahaa" ayat 9 sehingga 23 juz 16 sebagai berikut :~
"9.~ Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? 10.~ Ketika itu
melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu {di
sini} sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit
daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu."
11.~ Mak ketika ia datang ke tempat api itu, ia dipanggil: "Hai Musa, 12.~
Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu,
sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. 13.~ Dan aku telah memilih
kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan {kepadamu}. 14.~ Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah solat untuk mengingati Aku. 15.~ Sesungguhnya hari kiamat itu akan
datang. Aku merahsiakan {waktunya} agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas
dengan apa yang diusahakannya. 16.~ Maka sesekali janagnlah kamu dipalingkan
daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang
mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi binasa." 17.~
Apakah itu yang ditangan kananmu, hai Musa?" 18.~ Berkata Musa: "Ini
adalah tongkatku, aku bertelekan padanya dan aku memukul {daun} dengannya untuk
kambingku dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya." 19.~ Allah
berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" 20.~ Lalu dilemparkanlah
tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
21.~ Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut. Kami akan
mengembalikannya kepada keadaan asalnya." 22.~ Dan kepitkanlah tanganmu di
ketiakmu, nescaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai
mukjizat yang lain {pula}. 23.~ untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari
tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar." {Thaahaa : 9 ~ 23 }
Musa diperintahkan berdakwah kepada Fir'aun
Raja Fir'aun yang telah berkuasa di Mesir telah lama menjalankan
pemerintahan yang zalim, kejam dan ganas. Rakyatnya yang terdiri dari bangsa
Egypt yang merupakan penduduk peribumi dan bangsa Isra'il yang merupakan
golongan pendatang, hidup dalam suasana penindasan, tidak merasa aman bagi
nyawa dan harta bendanya.
Tindakan sewenang-wenang dan pihak penguasa pemerintahan
terutamanya ditujukan kepada Bani Isra'il yang tidak diberinya kesempatan hidup
tenang dan tenteram. Mereka dikenakan kerja paksa dan diharuskan membayar
berbagai pungutan yang tidak dikenakan terhadap penduduk bangsa Egypt, bangsa
Fir'aun sendiri.
Selain kezaliman, kekejaman, penindasan dan pemerasan yang ditimpakan oleh Fir'aun atas rakyatnya, terutama kaum Bani Isra'il. ia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah dan dipuja. Dan dengan demikian ia makin jauh membawa rakyatnya ke jalan yang sesat tanpa pendoman tauhid dan iman, sehingga makin dalamlah mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan dan kerusakan moral dan akhlak.
Selain kezaliman, kekejaman, penindasan dan pemerasan yang ditimpakan oleh Fir'aun atas rakyatnya, terutama kaum Bani Isra'il. ia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah dan dipuja. Dan dengan demikian ia makin jauh membawa rakyatnya ke jalan yang sesat tanpa pendoman tauhid dan iman, sehingga makin dalamlah mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan dan kerusakan moral dan akhlak.
Maka dalam kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur Sina
itu diperintahkanlah Musa oleh Allah untuk pergi ke Fir'aun sebagai Rasul-Nya,
mengajakkan beriman kepada Allah, menyedarkan dirinya bahwa ia adalah makhluk
Allah sebagaimana lain-lain rakyatnya, yang tidak sepatutnya menuntut orang
menyembahnya sebagi tuhan dan bahawa Tuhan yang wajib disembah olehnya dan oleh
semua manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta
ini.
Nabi Musa dalam perjalanannya menuju kota Mesir setelah
meninggalkan Madyan, selalu dibayang oleh ketakutan kalau-kalua peristiwa
pembunuhan yang telah dilakukan sepuluh tahun yang lalu itu, belum terlupakan
dan masih belum hilang dari ingatan para pembesar kerajaan Fir'aun. Ia tidak
mengabaikan kemungkinan bahwa mrk akan melakukan pembalasan terhadap perbuatan
yang ia tidak sengaja itu dengan hukuman pembunuhan atas dirinya bila ia sudah
berada di tengah-tengah mereka. Ia hanya terdorong rasa rindunya yang sangat
kepada tanah tumpah darahnya dengan memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa
memperdulikan akibat yang mungkin akan dihadapi.
Jika pada waktu bertolak dari Madyan dan selama perjalannya ke
Thur Sina. Nabi Musa dibayangi dengan rasa takut akan pembalasan Fir'aun, Maka
dengan perintah Allah yang berfirman maksudnya :~
"Pergilah engkau ke Fir'aun, sesungguhnya ia telah melampaui
batas, segala bayangan itu dilempar jauh-jauh dari fikirannya dan bertekad akan
melaksanakan perintah Allah menghadapi Fir'aun apa pun akan terjadi pada
dirinya. Hanya untuk menenterankan hatinya berucaplah Musa kepada Allah:
"Aku telah membunuh seorang drp mereka , maka aku khuatir mereka akan
membalas membunuhku, berikanlah seorang pembantu dari keluargaku sendiri, yaitu
saudaraku Harun untuk menyertaiku dalam melakukan tugasku meneguhkan hatiku dan
menguatkan tekadku menghadapi orang-orang kafir itu apalagi Harun saudaraku itu
lebih petah {lancar} lidahnya dan lebih cekap daripada diriku untuk berdebat
dan bermujadalah."
Allah berkenan mengabulkan permohonan Musa, maka digerakkanlah
hati Harun yang ketika itu masih berada di Mesir untuk pergi menemui Musa
mendampinginya dan bersama-sama pergilah mereka ke istana Fir'aun dengan
diiringi firman Allah: "Janganlah kamu berdua takut dan khuatir akan
disiksa oleh Fir'aun. Aku menyertai kamu berdua dan Aku mendengar serta melihat
dan mengetaui apa yang akan terjadi antara kamu dan Fir'aun. Berdakwahlah kamu
kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut sedarkanlah ia dengan kesesatannya
dan ajaklah ia beriman dan bertauhid, meninggalkan kezalimannya dan
kecongkakannya kalau-kalau dengan sikap yang lemah lembut daripada kamu berdua
ia akan ingat pada kesesatan dirinya dan takut akan akibat kesombongan dan kebonmgkakannya."
Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam ayat
33 sehingga ayat 35 surah "Al-Qashash" dan ayat 42 sehingga ayat 47
surah "Thaha" sebagai berikut :~
"33.~ Musa berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seseorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku, 34.~ dan saudaraku Harun dia lebih petah lidahnya drpku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantu untuk membenarkan {perkataan} ku sesungguhnya aku khuatir mereka akan mendustakan aku." 35.~ Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu dan Kami berikan kepadamu kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu {berangkat kami berdua} dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang." { Al-Qashash : 33 ~ 35 }
"33.~ Musa berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seseorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku, 34.~ dan saudaraku Harun dia lebih petah lidahnya drpku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantu untuk membenarkan {perkataan} ku sesungguhnya aku khuatir mereka akan mendustakan aku." 35.~ Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu dan Kami berikan kepadamu kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu {berangkat kami berdua} dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang." { Al-Qashash : 33 ~ 35 }
"42.~ Pergilah kamu berserta saudara kamu dengan membawa
ayat-ayat-Ku dan janganlah kamu berdua lalai dalam memngingat-Ku. 43.~ Pergilah
kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. 44.~ maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia akan ingat atau takut" 45.~ Berkatalah mereka berdua:
"Ya Tuhan kami sesungguhnya kami khuatir bahwa ia segera menyeksa kami
atau akan bertambah melewati batas 46.~ allah berfirman: "Janganlah kamu
berdua khuatir, sesungguhnya Aku berserta kamu berdua, Aku mendengar dan
melihat". 47.~ Maka datanglah kamu berdua kepadanya {Fir'aun} dan
katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka
lepaskanlah Bani Isra'il bersama kami dan janganlah kamu menyeksa mereka.
Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti {atas kerasulan
kami} dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti
petunjuk." { Thaha : 42 ~ 47 }
Mujadalah (dialog) antara Musa dengan Fir'aun
Diperolehi kesempatan oleh Musa dan Harun, menemui raja Fir'aun
yang menyatakan dirinya sebagai tuhan itu, setelah menempuh beberapa rintangan
yang lazim dilampaui oleh orang yang ingin bertemu dengan raja pd waktu itu.
Pertemuan Musa dan Harun dengan Fir'aun dihadiri pula oleh beberapa anggota
pemerintahan dan para penasihatnya.
Bertanya Fir'aun kepada mereka berdua:: "Siapakah kamu berdua
ini?"
Musa menjawab: "Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allah kepadamu agar engkau membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan penindasanmu dan menyerahkan meeka kepada kami agar menyebah kepada Allah dengan leluasa dan menghindari seksaanmu."
Musa menjawab: "Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allah kepadamu agar engkau membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan penindasanmu dan menyerahkan meeka kepada kami agar menyebah kepada Allah dengan leluasa dan menghindari seksaanmu."
Fir'aun yang segera mengenal Musa berkata kepadanya:
"Bukankah engkau adalah Musa yang telah kami mengasuhmu sejak masa bayimu
dan tinggal bersama kami dalam istana sampai mencapai usia remajamu, mendapat
pendidikan dan pengajaran yang menjadikan engkau pandai? Dan bukankah engkau
yang melakukan pembunuhan terhadap diriseorang drp golongan kami? Sudahkah
engkau lupa itu semuanya dan tidak ingat akan kebaikan dan jasa kami kepada
kamu?"
Musa menjawab: "Bahwasanya engkau telah memeliharakan aku sejak masa bayiku, itu bukanlah suatu jasa yang dapat engkau banggakan. Karena jatuhnya aku ke dalam tangan mu adalah akibat kekejaman dan kezalimanmu tatkala engkau memerintah agar orang-orangmu menyembelih setiap bayi-bayi laki yang lahir, sehingga ibu terpaksa membiarkan aku terapung di permukaan sungai Nil di dalamsebuah peti yang kemudian dipungut oleh isterimu dan selamatlah aku dari penyembelihan yang engkau perintahkan. Sedang mengenai pembunuhan yang telah aku lakukan itu adalah akibat godaan syaitan yang menyesatkan, namun peristiwa itu akhirnya merupakan suatu rahmat dan barakah yang terselubung bagiku. Sebab dalam perantauanku setelah aku melarikan diri dari negerimu, Allah mengurniakan aku dengan hikmah dan ilmu serta mengutuskan aku sebagai Rasul dan pesuruh-Nya. Maka dalam rangka tugasku sebagai Rasul datanglah aku kepadamu atas perintah Allah untuk mengajak engkau dan kaummu menyembah Allah dan meninggalkan kezaliman dan penindasanmu terhadap Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhan yang engkau sebut-sebut itu, hai Musa? Adakah tuhan di atas bumi ini selain aku yang patut di sembah dan dipuja?"
Musa menjawab: "Ya, yaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seru sekalian alam."
Musa menjawab: "Bahwasanya engkau telah memeliharakan aku sejak masa bayiku, itu bukanlah suatu jasa yang dapat engkau banggakan. Karena jatuhnya aku ke dalam tangan mu adalah akibat kekejaman dan kezalimanmu tatkala engkau memerintah agar orang-orangmu menyembelih setiap bayi-bayi laki yang lahir, sehingga ibu terpaksa membiarkan aku terapung di permukaan sungai Nil di dalamsebuah peti yang kemudian dipungut oleh isterimu dan selamatlah aku dari penyembelihan yang engkau perintahkan. Sedang mengenai pembunuhan yang telah aku lakukan itu adalah akibat godaan syaitan yang menyesatkan, namun peristiwa itu akhirnya merupakan suatu rahmat dan barakah yang terselubung bagiku. Sebab dalam perantauanku setelah aku melarikan diri dari negerimu, Allah mengurniakan aku dengan hikmah dan ilmu serta mengutuskan aku sebagai Rasul dan pesuruh-Nya. Maka dalam rangka tugasku sebagai Rasul datanglah aku kepadamu atas perintah Allah untuk mengajak engkau dan kaummu menyembah Allah dan meninggalkan kezaliman dan penindasanmu terhadap Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhan yang engkau sebut-sebut itu, hai Musa? Adakah tuhan di atas bumi ini selain aku yang patut di sembah dan dipuja?"
Musa menjawab: "Ya, yaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seru sekalian alam."
Tanya Fir'aun: "Siapakah Tuhan seru sekali alam itu?"
Musa menjawab: "Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa yang ada antara langit dan bumi."
Musa menjawab: "Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa yang ada antara langit dan bumi."
Berkata Fir'aun kepada para penasihatnya dan pembesar-pembesar
kerajaan yang berada disekitarnya. Sesungguhnya Rasul yang diutuskan kepada
kamu ini adalah seorang yang gila kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan
Harun: "Siapakah Tuhan kamu berdua?"
Musa menjawab: "Tuhan kami ialah Tuhan yang telah memberikan
kepada tiap-tiap makhluk sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberi petunjuk
kepadanya."
Fir'aun bertanya: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu yang tidak mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah berhala dan patung-patung?"
Fir'aun bertanya: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu yang tidak mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah berhala dan patung-patung?"
Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku.
Jika Dia telah menurunkan azab dan seksanya di atas mereka maka itu adalah
karena kecongkakan dan kesombongan serta keengganan mereka kembali ke jalan
yang benar. Jika Dia menunda azab dan seksa mereka hingga hari kiamat, maka itu
adalah kehendak-Nya yang hikmahnya kami belum mengetahuinya. Allah telah
mewahyukan kepada kami bahwa azab dan seksanya adalah jalan yang benar."
Rif'aun yang sudah tidak berdaya menolak dalil-dalil Nabi Musa yang diucapkan secara tegas dan berani merasa tersinggung kehormatannya sebagai raja yang telah mempertuhankan dirinya lalu menujukan amarahnya dan berkata kepada Musa secara mengancam: "Hai Musa! jika engkau mengakui tuhan selain aku, maka pasti engkau akan kumasukkan ke dalam penjara."
Rif'aun yang sudah tidak berdaya menolak dalil-dalil Nabi Musa yang diucapkan secara tegas dan berani merasa tersinggung kehormatannya sebagai raja yang telah mempertuhankan dirinya lalu menujukan amarahnya dan berkata kepada Musa secara mengancam: "Hai Musa! jika engkau mengakui tuhan selain aku, maka pasti engkau akan kumasukkan ke dalam penjara."
Musa menjawab: "Apakah engkau akan memenjarakan aku walaupun
aku dapat memberikan kepadamu tanda-tanda yang membuktikan kebenaran
dakwahku?"
Fir'aun menentang dengan berkata: "Datanglah tanda-tanda dan bukti-bukti yang nyata yang dapat membuktikan kebenaran kata-katamu jika engkau benar-benar tiak berdusta."
Dialog {mujadalah} antara Musa dan Fir'aun sebagaimana dihuraikan di atas dpt dibaca dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga ayat 31 juz 19 sebagimana berikut :~
Fir'aun menentang dengan berkata: "Datanglah tanda-tanda dan bukti-bukti yang nyata yang dapat membuktikan kebenaran kata-katamu jika engkau benar-benar tiak berdusta."
Dialog {mujadalah} antara Musa dan Fir'aun sebagaimana dihuraikan di atas dpt dibaca dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga ayat 31 juz 19 sebagimana berikut :~
"18.~ Fir'aun berkata: "Bukankah kami telah mengasuhmu
diantara {keluarga} kami diwaktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal
diantara {keluarga} kami beberapa tahun dari umurmu. 19.~ dan kamu telah
berbuat sesuatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk
golongan orang-orang yang tidak membalas jasa." 20.~ Berkata Musa:
"Aku telah melakukannya sedang aku diwaktu itu termasuk orang-orang yang
khilaf. 21.~ Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepada kamu,
kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikan aku salah
seorang diantara rasul-rasul. 22.~ Budi yang kamu limpahkan kepada ku ini
adalah {disebabkan} perhambaan darimu terhadap Bani Isra'il." 23.~ Fir'aun
bertanya: "Apa Tuhan semesta alam itu?"24.~ Musa menjawab:
"Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang diantara keduanya {itulah
Tuhanmu} jika kamu sekalian {orang-orang} mempercayainya". 25.~ Berkata
Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak mendengarkan?".
26.~ Musa berkata: "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang
dahulu" 27.~ Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu yang diutuskan
kepada kamu sekalian benar-benar orang gila". 28.~ Musa berkata:
"Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya
{itulah Tuhanmu} jika kamu mempergunakan akal". 29.~ Fir'aun berkata:
"Sungguh jika kamu menyenbah Tuhan selain aku benar-benar aku akan
menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan". 30.~ Musa berkata:
"Dan apakah kamu {akan melakukan itu} walaupun aku tunjukkan kepadamu
sesuatu {keterangan} yang nyata jika kamu adlah termasuk orang-orang yang
benar." { Asy-Syura : 18 ~ 31 }
Musa memperlihatkan dua mukjizat kepada Fir'aun
Menjawab tentangan Fir'aun yang menuntut bukti atas kebenarannya
Musa dengan serta-merta meletakkan tongkat mukjizatnya di atas yang segera
menjelma menjadi seekor ular besar yang melata menghala ke Fir'aun. Karena
ketakutan melompat lari dari singgahsananya melarikan diri seraya berseru
kepada Musa: " Hai Musa demi asuhanku kepadamu selama delapan belas tahun
panggillah kembali ularmu itu." Kemudian dipeganglah ular itu oleh Musa
dan kembali menjadi tongkat biasa.
Berkata Fir'aun kepada Musa setelah hilang dari rasa heran dan
takutnya: "Adakah bukti yang dapat engkau tunjukkan kepadaku?"
"Ya, lihatlah." Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam saku bajunya. Kemudian tatkala tangannya dikeluarkan dari sakunya, bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan mata Fir'aun itu dan orang-orang yang sedang berada disekelilingnya.
"Ya, lihatlah." Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam saku bajunya. Kemudian tatkala tangannya dikeluarkan dari sakunya, bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan mata Fir'aun itu dan orang-orang yang sedang berada disekelilingnya.
Fir'aun sebagai raja yang menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu
tidak akan mudah begitu saja menyerah kepada Musa bekas anak pungutnya walaupun
kepadanya telah diperlihatkan dun mukjizat. Ia bahkan berkata kepada kaumnya
yang ia khuatir akan terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa itu bahwa itu
semuanya adalah perbuatan sihir dan bahwa Musa dan Harun adalah ahli sihir yang
mahir yang datang dengan maksud menguasai Mesir dan para penduduknya akan
kekuatan dengan sihirnya itu.
Fir'aun dianjurkan oleh penasihatnya yang dikepalai oleh Haman
agar mematahkan sihir Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir
yang terkenal dari seluruh daerah kerajaan untuk bertanding melawan Musa dan
Harun. Anjuran mana disetujui oleh Fir'aun yang merasa itu adalah fikiran yang tepat
dan jalan yang terbaik untuk melumpuhkan kedua mukjizat Allah yang oleh mereka
dianggapnya sebagai sihir. Anjuran itu lalu ditawarkan kepada Musa yang
seketika tanpa ragu-ragu sedikit pun menerima tentangan Fir'aun untuk beradu
dan bertanding melawan ahli-ahli sihir. Musa berkeyakinan penuh bahwa dengan
perlindung Allah ia akan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan itu,
pertandingan antara perbuatan sihir yang diilham oleh syaitan melawan mukjizat
yang dikurniakan oleh Allah.
Pada suatu hari raya kerajaan telah bersetuju untuk mengadakan
hari pertandingan sihir maka berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat
yang telah ditentukan untuk menyaksikan perlumbaan kepandaian menyihir yang
buat pertama kalinya diadakan di kota Mesir. Juga sudah berada di tempat
ahli-ahli sihhir yang terpandai yang telah dikumpulkan dari seluruh wilayah
kerajaan masing-masing membawa tongkat , tali dan lain-lain alat sihirnya. Mrk
cukup bersemangat dan akan berusaha sepenuh kepandaian mrk untuk memenangi
pertandingan. Mrk telah memperolhi janji dari Fir'aun akan diberi hadiah dan
wang dalam jumlah yang besar bila berhasil mengalahkan Musa dengan mematahkan
daya sihirnya.
Setelah segala sesuatu selesai disiapkan dan masing-masing
pembesar negeri sudah mengambil tempatnya mengelilingi raja Fir'aun yang telah
duduk di atas kursi singgahsananya maka dinyatakanlah pertandingan dimulai.
Kemudian atas persetujuan Musa dipersilakan para lawannya beraksi lebih dahulu
mempertujukan kepandai sihirnya.
Segeralah ahli-ahli sihir Fir'aun menujukan aksinya melemparkan
tongkat dan tali-temali mrk ke tengah-tengah lapangan . Musa merasa takut
ketika terbayang kepadanya bahwa tongkat-tongkat dan tali-tali itu seakan-akan
ular-ular yang merayap cepat. Namun Allah tidak mebiarkan hamba utusan-Nya
berkecil hati menghadapi tipu-daya orang-orang kafir itu. Allah berfirman
kepada Musa disaat ia merasa cemas itu: "Janganlah engkau merasa takut dan
cemas hai Musa! engkau adalah yang lebih unggul dan akan menang dalam
pertandingan ini. Lemparkanlah yang ada ditanganmu segera."
Para ahli-ahli sihir yang pandai dalam bidangnya itu tercengang
ketika melihat ular besar yang menjelma dari tongkat Nabi Musa dan menelan
ular-ular dan segala apa yang terbayangsebagai hasil tipu sihir mrk. Mrk segera
menyerah kalah bertunduk dan bersujud {kepada Allah} dihadapan Musa seraya
berkata: "Itu bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang diilhamkan
oleh syaitan tetapi sesuatu yang digerakkan oleh kekuatan ghaib yang mengatakan
kebenaran kata-kata Musa dan Harun maka tidak ada alasan bagi kami untuk tidak
mempercayai risalah mereka dn beriman kepada Tuhan mereka sesudah apa yang kami
lihat dan saksikan dengan mata kepala kami sendiri."
Fir'aun raja yang congkak dan sombong yang menuntut persembahan
dari rakyatnya sebagai tuhan segera membelalakkan matanya tanda marah dan
jengkel melihat ahli-ahli sihirnya begitu cepat menyerah kalah kepada Musa
bahkan menyatakan beriman kepada Tuhannya dan kepada kenabiannya serta menjadi
pengikut-pengikutnya. Tindakan mereka itu dianggapnya sebagai pelanggaran
terhadap kekuasaannya, penentangan terhadap ketuhanannya dan merupakan suatu
tamparan bagi kewibawaan serta prestasinya. Ia berkata kepada mrk: "Adakah
kamu berani beriman kepada Musa dan menyerah kepada keputusannya sebelum aku izinkan
kepada kamu?" Bukankah ini suatu persekongkolan drp kamu terhadapku? Musa
dpt mengalah kamu sebab ia mungkin guru dan pembesar yang telah mengajarkan
seni sihir kepadamu dan kamu telah mengatur bersama-samanya tindakan yang kamu
sandiwarakan di depanku hari ini. Aku tidak akan tinggal diam menghadapi
tindakan khianatmu ini. Akanku potong tangan-tangan dan kaki-kakimu serta
akanku salibkan kamu semua pada pangkal pohon kurma sebagai hukuman dan balasan
bagi tindakan khianatmu ini."
Ancaman Fir'aun itu disambut mrk dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Karena Allah telah membuka mata hati mereka dengan cahaya iman sehingga tidak akan terpengaruh dengan kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau ancaman Fir'aun yang menakutkan. Mrk sebagai-orang-orang yang ahli dalam ilmu dan seni sihir dpt membedakan yang mana satu sihir dan yang mana bukan. Maka sekali mrk diyakinkan dengan mukjizat Nabi Musa yang membuktikan kebenaran kenabiannya tidaklah keyakinan itu akan dpt digoyahkan oleh ancaman apa pun. Berkata mereka kepada Fir'aun menanggapi ancamannya: "Kami telah memdpat bukti-bukti yang nyata dan kami tidak akan mengabaikan kenyataan itu sekadar memenuhi kehendak dan keinginanmu. Kami akan berjalan terus megikut jejak dan tuntutan Musa dan Harun sebagai pesuruh oleh yang benar. Maka terserah kepadamu untuk memutuskan apa yang engkau hendak putuskan terhadap diri kami. Keputusan kamu hanya berlaku di dunia ini sedang kami mengharapkan pahala Allah di akhirat yang kekal dan abadi."
Ancaman Fir'aun itu disambut mrk dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Karena Allah telah membuka mata hati mereka dengan cahaya iman sehingga tidak akan terpengaruh dengan kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau ancaman Fir'aun yang menakutkan. Mrk sebagai-orang-orang yang ahli dalam ilmu dan seni sihir dpt membedakan yang mana satu sihir dan yang mana bukan. Maka sekali mrk diyakinkan dengan mukjizat Nabi Musa yang membuktikan kebenaran kenabiannya tidaklah keyakinan itu akan dpt digoyahkan oleh ancaman apa pun. Berkata mereka kepada Fir'aun menanggapi ancamannya: "Kami telah memdpat bukti-bukti yang nyata dan kami tidak akan mengabaikan kenyataan itu sekadar memenuhi kehendak dan keinginanmu. Kami akan berjalan terus megikut jejak dan tuntutan Musa dan Harun sebagai pesuruh oleh yang benar. Maka terserah kepadamu untuk memutuskan apa yang engkau hendak putuskan terhadap diri kami. Keputusan kamu hanya berlaku di dunia ini sedang kami mengharapkan pahala Allah di akhirat yang kekal dan abadi."
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah
"Asy-Syu'ara" ayat 32 sehingga ayat 51 juz 19 sebagai berikut :~
"32~ Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat
itu {menjadi ular}. 33~ Dan ia menarik tangannya {dr dalam saku bajunya} maka
tiba-tiba tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi orang-orang yang melihatnya.
34~ Fir'aun berkata pembesar-pembesar yang berada di sekelilingnya:
"Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang ahli sihir yang pandai, 35~ ia
hendak mengusir kamu dari negeri kamu sendiri dengan sihirnya maka karena itu
apakah yang kamu anjurkan?" 36~ Mrk menjawab: "Tundalah {urusan} dia
dan saudaranya dan kirimlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan
mengumpulkan {ahli sihir}, 37~ nescaya mereka akan mendatangkan semua ahli
sihir yang pandai kepadamu". 38~ Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada
waktu yang ditetapkan di hari yang maklum, 39~ dan dikatakan kepada orang
ramai: "Berkumpullah kamu sekalian, 40~ semoga kita mengikuti ahli-ahli
sihir, jika mereka adalah orang-orang yang menang". 41~ Maka tatkala
ahli-ahli sihir dtg , mrk pun bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami
sungguh-sungguh mendpt upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang
menang?" 42~ Fir'aun menjawab: "Ya, kalu demikian, sesungguhnya kamu
sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan {kepadaku}". 43~
Berkatalah Musa kepada mrk: "Jatuhkalah apa yang kamu hendak
jatuhkan". 44~ Lalu mrk menjatuhkan tali-temali dan tongkat-tongkat mereka
lalu berkata: " Demi kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami akan benar-benar
akan menang". 45~ kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia
menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu. 46~ Maka tersungkurlah
ahli-ahli sihir sambil bersujud {kepada Allah}, 47~ mereka berkata: "Kami
beriman kepada Tuhan semesta alam , 48~ yaitu Tuhan Musa dan Harun". 49~
Fir'aun berkata: "Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelumaku
memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajar
sihir kepadamu, maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui {akibat
perbuatanmu}, sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan
bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya". 50~ Mereka berkata:
"Tidak ada kemudharatan {kepada kami}, sesungguhnya kami akan kembali
kepada Tuhan kami, 51~ sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami
akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama
sekali beriman." {Asy-Syu'ara : 32 ~ 51 }
Fir'aun tetap keras kepala dan semakin bingung
Nabi Musa yang telah mengalahkan ahli-ahli sihir dengan kedua
mukjizatnya makin meluas pengaruhnya, sedan Fir'aun dengan kekalahan ahli
sihirnya merasa kewibawaannya merosot dan kehormatannya menurun. ia khuatir
jika gerakan Musa tidak segera dipatahkan akan mengancam keselamatan
kerajaannya serta kekekalan mahkotanya. Para penasihat dan pembantu-pembantu
terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa kecemasan dan kekhuatirannya,
tetapi mereka sebaliknya makin membakar dadanya dan makin menakutu-nakutinya.
Mrk berkata kepadanya: "Apakah engkau akan terus membiarkan Musa dan kaumnya
bergerak secara bebas dan meracuni rakyat dengan amcam-macam kepercayaan dan
ajaran-ajaran yang menyimpang dari apa yang telah kita warisi dari nenek-moyang
kita? Tidakkah engkau sedar bahwa rakyat kita makin lama makin terpengaruh oleh
hasutan-hasutan Musa. sehingga lama-kelamaan nescaya kita dan tuhan-tuhan kita
akan ditinggalkan oleh rakyat kita dan pada akhirnya akan hancur binasalah
negara dan kerajaanmu yang megah ini."
Fir'aun menjawab: "Apa yang kamu huraikan itu sudah menjadi
perhatiku sejak dikalahkannya ahli-ahli sihir kita oleh Musa. Dan memang kalau
kita membiarkan Musa terus melebarkan sayapnya dan meluaskan pengaruhnya di
kalangan pengikut-pengikutnya yang makin lama makin bertambah jumlahnya, pasti
pada akhirnya akan merusakkan adab hidup masyarakat negara kita serta membawa
kehancuran dan kebinasaan bagi kerajaan kita yang megah ini. karenanya aku
telah merancang akan bertindak terhadap Bani Isra'il dengan membunuh setiap
orang lelaki dan hanya wanita sahaja akanku biarkan hidup."
Rancangan jahat fir'aun diterapkan oleh pegawai dan kaki tangan
kerajaannya. Aneka ragam gangguan dan macam-macam tindakan kejam ditimpakan
atas Bani Isra'il yang memang menurut anggapan masyarakat, mereka itu adalah
rakyat kelas kambing dalam kerajaan Fir'aun yang zalim itu. Dengan makin
meningkatnya kezaliman dan penindasan yang mereka terima dari alat-alat
kerajaan Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada Nabi Musa, mengharapkan
pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa tidak dpt berbuat byk pada masa itu bagi
Bani Isra'il yang tertindas dan teraniaya. Ia hanya menenteramkan hati mereka,
bahwa akan tiba saatnya kelak,di mana mrk akan dibebaskan oleh Allah dari
segala penderitaan yang mrk alami. Dianjurkan oleh Nabi Musa agar mereka
bersabar dan bertawakkal seraya memohon kepada Allah agar Allah memberikan
pertolongan dan perlindungan-Nya karena Allah telah menjanjikan akan mewariskan
bumi-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang soleh, sabar dan bertakwa!
Fir'aun bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan tindakan kejamnya terhadap Bani Isra'il yang merupakan kaumnya, bahkan tulang belakang Nabi Nusa. Akan tetapi gerak dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun terhambat oleh tindakan Fir'aun itu. Demikian pula tidak seorang pun drp pengikut-pengikutnya yang terpengaruh dengan tindakan Fir'aun itu. Sehingga tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mrk yang sudah bulat terhadap risalah Musa.
Karena sasaran yang dituju dengan tindakan kekejaman yang tidak berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan tidak dpt menerima dakwah Nabi Musa dan para pengikutnya, yang dilhatnya bahkan semakin bersemangat menyiarkan ajaran iman dan tauhid, maka Fir'aun tidak mempunyai pilihan selain harus menyingkirkan orang yang menjadi pengikutnya, yaitu dengan membunuh Nabi Musa.
Fir'aun bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan tindakan kejamnya terhadap Bani Isra'il yang merupakan kaumnya, bahkan tulang belakang Nabi Nusa. Akan tetapi gerak dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun terhambat oleh tindakan Fir'aun itu. Demikian pula tidak seorang pun drp pengikut-pengikutnya yang terpengaruh dengan tindakan Fir'aun itu. Sehingga tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mrk yang sudah bulat terhadap risalah Musa.
Karena sasaran yang dituju dengan tindakan kekejaman yang tidak berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan tidak dpt menerima dakwah Nabi Musa dan para pengikutnya, yang dilhatnya bahkan semakin bersemangat menyiarkan ajaran iman dan tauhid, maka Fir'aun tidak mempunyai pilihan selain harus menyingkirkan orang yang menjadi pengikutnya, yaitu dengan membunuh Nabi Musa.
Fir'aun memanggil para penasihat dan pembesar-pembesar kerajaannya
untuk bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa. Di antara mereka yang di
undang itu terdapat seorang mukmin dari Keluarga Fir'aun yang merahsiakan
imannya.
Di tengah-tengah perdebatan dan perundingan yang berlangsung dalam pertemuan yang diadakan oleh Fir'aun untuk membincangkan cara pembunuhan Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri mukmin itu mengucapkan pembelaannya terhadap Nabi Musa dan nasihat serta tuntunan bagi mereka yang hadir. Ia berkata: "Apakah kamu akan membunuh seseorang lelaki yang tidak berdosa, hanya berkata bahwa Allah adalah Tuhannya? Padahal ia menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kamu bukan tanpa dalil dan hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada kamu bukti-bukti yang nyata untuk menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya. Jika andainya dia seorang pendusta, maka dia sendirilah yang akan menanggung dosa akibat dustanya. Namun jika ia adalah benar dalam kata-katanya, maka nescaya akan menimpa kepada kamu bencana azab yang telah dijanjikan olehnya. Dan dalam keadaan yang demikian siapakah yang akan menolong kamu dari azab Allah yang telah dijanjikan itu?"
Fir'aun memotong pidato orang mukmin itu dengan berkata: "Rancanganku harus terlaksana dan Musa harus dibunuh. Aku tidak mengemukan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu melainkan jalan yang benar, jalan yang akan menyelamatkan kerajaan dan negara."
Berucap orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu melanjutkan: "Sesungguhnya aku khuatir, jika kamu tetap berkeras kepala dan enggan menempuh jalan yang benar yang dibawa oleh para nabi-nabi, bahwa kamu akan ditimpa azab dan seksa yang membinasakan , sebagaimana telah dialami oleh kaum Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud dan umat-umat yang datang sesudah mereka. Apa yang telah dialami oleh kaum-kaum itu adalah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka karena Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya".
Di tengah-tengah perdebatan dan perundingan yang berlangsung dalam pertemuan yang diadakan oleh Fir'aun untuk membincangkan cara pembunuhan Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri mukmin itu mengucapkan pembelaannya terhadap Nabi Musa dan nasihat serta tuntunan bagi mereka yang hadir. Ia berkata: "Apakah kamu akan membunuh seseorang lelaki yang tidak berdosa, hanya berkata bahwa Allah adalah Tuhannya? Padahal ia menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kamu bukan tanpa dalil dan hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada kamu bukti-bukti yang nyata untuk menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya. Jika andainya dia seorang pendusta, maka dia sendirilah yang akan menanggung dosa akibat dustanya. Namun jika ia adalah benar dalam kata-katanya, maka nescaya akan menimpa kepada kamu bencana azab yang telah dijanjikan olehnya. Dan dalam keadaan yang demikian siapakah yang akan menolong kamu dari azab Allah yang telah dijanjikan itu?"
Fir'aun memotong pidato orang mukmin itu dengan berkata: "Rancanganku harus terlaksana dan Musa harus dibunuh. Aku tidak mengemukan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu melainkan jalan yang benar, jalan yang akan menyelamatkan kerajaan dan negara."
Berucap orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu melanjutkan: "Sesungguhnya aku khuatir, jika kamu tetap berkeras kepala dan enggan menempuh jalan yang benar yang dibawa oleh para nabi-nabi, bahwa kamu akan ditimpa azab dan seksa yang membinasakan , sebagaimana telah dialami oleh kaum Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud dan umat-umat yang datang sesudah mereka. Apa yang telah dialami oleh kaum-kaum itu adalah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka karena Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya".
Mukmin itu meneruskan nasihatnya:"Wahai kaumku! Sesungguhnya
aku khuatir kamu akan menerima seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di
mana kamu akan berpaling kebelakang, tidak seorang pun akan dapat menyelamatkan
kamu itu dari seksa Allah. Hai kaum ikutilah nasihatku, aku hanya ingin
kebaikan bagimu dan mengajak kamu ke jalan yang benar. Ketahuilah bahwa
kehidupan di dunia ini hanya merupakan kesenangan sementara, sedangkan
kesenangan dan kebahagiaan yang kekal adalah di akhirat kelak."
Orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu tidak dpt mengubah sikap
Fir'aun dan pengikut-pemgikutnya, walaupun ia telah berusaha dengan menggunakan
kecekapan berpidatonya dan susunan kata-katanya yang rapi, lengkap dengan
contoh-contoh dari sejarah umat-umat yang terdahulu yang telah dibinasakan oleh
Allah karena perbuatan dan pembangkangan mereka sendiri.
Fir'aun dan pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada orang mukmin itu, agar meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan menyetujui rancangan jahat mereka. Ia dinasihat untuk melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan mengabungkan diri dalam barisan mereka menentang Musa dan segala ajarannya. Ia diancam dengan dikenakan tindakan kekerasan bila ia tidak mahu mengubah sikap pro kepada Musa secara suka rela.
Fir'aun dan pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada orang mukmin itu, agar meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan menyetujui rancangan jahat mereka. Ia dinasihat untuk melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan mengabungkan diri dalam barisan mereka menentang Musa dan segala ajarannya. Ia diancam dengan dikenakan tindakan kekerasan bila ia tidak mahu mengubah sikap pro kepada Musa secara suka rela.
Berkata orang mukmin itu menanggapi anjuran Fir'aun: "Wahai
kaumku, sgt aneh sekali sikap dan pendirianmu, aku berseru kepada kamu untuk
kebaikan dan keselamatanmu, kamu berseru kepadaku untuk berkufur kepada Allah
dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang aku tidak ketahui, sedang aku berseru
kepadamu untuk beriman kepada Allah, Tuhan YAng Maha Esa, Maha Perkasa, lagi
Maha Pengampun. Sudah pasti dan tidak dapat diragukan lagi, bahwa apa yang kamu
serukan kepadaku itu tidak akan menolongku dari murka dan seksa Allah di dunia
mahupun di akhirat. Dan sesungguhnya kamu sekalian akan kembali kepada Allah
yang akan memberi pahala syurga bagi orang-orang yang soleh, bertakwa dan
beriman, sedang orang-orang kafir yang telah melampaui batas akan diberi
ganjaran dengan api neraka. Hai kaumku perhatikanlah nasihat dan peringatanku
ini. Kamu akan menyedari kebenaran kata-kataku ini kelak bila sudah tidak
berguna lagi orang menyesal atau merasa susah karena perbuatan yang telah
dilakukan. Aku hanya menyerahkan urusan ku dan nasibku kepada Allah. Dialah
Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat perbuatan dan kelakuan hamba-hamba-Nya."
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Al-A'raaf" ayat 127 sehingga ayat 129 juz 9 dan surah "Al-Mukmin" ayat 28 sehingga ayat 33 dan ayat 38 sehingga ayat 45 juz 24 sebagai berikut :~
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Al-A'raaf" ayat 127 sehingga ayat 129 juz 9 dan surah "Al-Mukmin" ayat 28 sehingga ayat 33 dan ayat 38 sehingga ayat 45 juz 24 sebagai berikut :~
"127~ Berkata pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun {kepada Fir'aun}:
"Apakah kamu akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakkan di
negeri ini {Mesir} dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?" Fir'aun
menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup
perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh ke atas
mereka". 128~ Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan
kepada Allah dan bersabarlah sesungguhnya bumi {ini} kepunyaan Allah
dipusakakannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesusahan
yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa". 129~ Kaum Musa berkata:
"Kami telah ditindas {oleh Fir'aun} sebelum kamu datang kepada kami dan
sesudah kamu datang." Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah
membinasakan musuh-musuh kamu dan menjadikan kamu khalifah di bumi{-Nya} maka
Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." { Al-A'raaf : 127 ~ 129 }
"28~ Dan seorang laki-laki yang beriman di antara
pengikut-pengikut Fir'aun yang mneyembunyikan imannya berkata: "Apakah
kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan "Tuhanku ialah
Allah" padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa
keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang pendusta, maka dialah
yang menanggung {dosa} dustanya itu dan jika dia seorang yang benar, nescaya
sebahagia {bencana} yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu."
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi
pendusta. 29~ Hai kaumku utkmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di
muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu
menimpa kita?" Fir'aun berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu
melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu selain
jalan yang benar." 30~ Dan orang yang beriman itu berkata: "Hai
kaumku sesungguhnya aku khuatir kamu akan ditimpa {bencana} seperti peristiwa
{kehancuran} golongan yang bersekutu, 31~ {yakni} seperti keadaan kaum Nuh,
Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak
menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. 32~ HAi kaumku,
sesungguhnya aku khuatir terhadapmu akan seksaan hari panggil-memanggil. 33~
{yaitu} hari {ketika} kamu {lari} berpaling kebelakang, tidak ada bagimu
seseorang pun yang menyelamatkan kamu dari {azab} Allah dan siapa yang
disesatkan Allah nescaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi
petunjuk." { Al-Mukmin : 28 ~ 33 }
"38~ Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku
ikutilah aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. 39~ Hai kaumku!
Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan {sementara} dan
sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. 40~ Barabg siapa mengerjakan
perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan
kejahatan itu. Dan barang siapa yang mengerja amal yang soleh baik laki-laki mahupun
perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk syurga,
mereka diberi rezeki didalamnya tanpa hisab. 41~ Hai kaumku! Bagaiman kamu ini,
aku menyeru kamu kepada keselamatan tetapi kamu menyeru aku ke neraka? 42~
{kenapa} kamu menyerukan supaya kufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya
dengan apa yang tidakku ketahui padahal aku menyeru kamu {beriman} kepada Yang
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun?" 43~ Sudah pasti bahwa apa yang kamu
seru supaya aku {beriman} kepadanya tidak dpt memperkenankan seruan apa pun,
baik di dunia mahu pun di akhirat. Dan sesungguhnya kembali kita adalah kepada
Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mrk itulah penghuni
neraka. 44~ Kelak kamu akan ingat kepada apa yang aku katakan kepada kamu. Dan
aku menyerahkan urusan aku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan
hamba-hamba-Nya. 45~ Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka
dan Fir'aun berserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk." {
Al-Mukmin : 38 ~ 45 }
Fir'aun menghina dan mengejek Musa
Selain tindakan kekerasan yang ditimpakan ke atas Bani Isra'il
kaumnya Nabi Musa, Fir'aun melontarkan penghinaan dan kata-kata ejekan terhadap
Nabi Musa dalam usahanya memerangi dan membendung pengaruh Nabi Musa yang
semakin beertambah semenjak ia keluar sebagai pemenang dalam pertandingan
melawan tukang-tukang sihir kaum Fir'aun.
Berkata Fir'aun kepada pembesar-pembesar kerajaannya:
"Biarkanlah aku membunuh Musa dan biarlah ia memohon dari Tuhannya untuk
melindunginya. Aku ingin tahu sampai sejauh mana ia dapat melepaskan diri dari
kekuasaanku dan biarlah ia membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan
melindunginya dari segala tipu daya musuh-musuhnya."
Dalam lain kesempatan Fir'aun berkata kepada rakyatnya yang sudah
diperhambakan jiwanya, terbiasa memuja-mujanya, mengiakan kata-katanya dan
mengaminkan segala perintahnya: "Hai rakyatku! Tidakkah kamu melihat bahwa
aku memiliki kerajaan Mesir yang megah dan besar ini di mana sungai-sungai
mengalir dibawah telapak kakiku, sungai-sungai yang memberi kemakmuran hidup
dan kebahagiaan hidup bagi rakyatku? Dan tidakkah kamu melihat kekuasaanku yang
luas dan ketaatan rakyatku yang bulat kepadaku? Bukankah aku lebih baik dan
lebih agung dari Musa yang hina-dina itu yang tidak cekap menguraikan isi
hatinya dan menerangkan maksud tujuannya. Megapa Tuhannya tidak memakaikan
gelang emas, sebagaimana lazimnya orang-orang yang diangkat menjadi raja,
pemimpin atau pembesar? Atau mengapa ia tidak diiringi oleh malaikat-malaikat
sebagai tanda kebesarannya dan bukti kebenarannya bahwa ia adalah pesuruh
Tuhannya?"
Kelompok orang yang mendengar kata-kata Fir'aun itu dengan serta-merta mengiyakan dan membenarkan kata-kata rajanya serta menyatakan kepatuhan yang bulat kepada segala titah dan perintahnya sebagai warga yang setia kepada rajanya, namun zalim dan fasiq terhadap Tuhannya.
Kelompok orang yang mendengar kata-kata Fir'aun itu dengan serta-merta mengiyakan dan membenarkan kata-kata rajanya serta menyatakan kepatuhan yang bulat kepada segala titah dan perintahnya sebagai warga yang setia kepada rajanya, namun zalim dan fasiq terhadap Tuhannya.
Dalam pd itu kesabaran Nabi Musa sampai pd puncaknya, melihat
Fir'aun dan pembantu-pambantunya tetap berkeras kepala menentang dakwahnya,
mendustakan risalahnya dan makin memperhebatkan tindakan kejamnya terhadap kaum
Bani Isra'il terutama para pengikutnya yang menyembunyikan imannya karena
ketakutan daripada kejaran Fir'aun dan pembalasannya yang kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh Nabi Musa kepada mrk bahwa Allah
tidak akan membiarkan mereka terus-menerus melakukan kekejaman, kezaliman dan
penindasan terhamba-hamba-Nya dan berkufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Akan
ditimpakan oleh Allah kepada mereka bila tetap tidak mahu sedar dan beriman kepada-Nya,
bermacam azb dan seksa di dunia semasa hidup mereka sebagai pembalasan yang
nyata!
Berdoalah Nabi Musa, memohon kepada Allah: "Ya Tuhan kami,
engkau telah memberi kepada Fir'aun dan kaum kerabatnya kemewahan hidup, harta
kekayaan yang meluap-luap dan kenikmatan duniawi, yang kesemua itu
mengakibatkan mereka menyesatkan manusia, hamba-hamba-Mu, dari jalan yang
Engkau redhai dan tuntunan yang Engkau berikan. Ya Tuhan kami, binasakanlah
harta-benda mereka dan kunci matilah hati mereka. Mrk tidak akan beriman dan
kembali kepada jalan yang benar sebelum melihat seksaan-Mu yang pedih."
Berkat doa Nabi Musa dan permohonannya yang diperkenankan oleh
Allah, maka dilandakanlah kerajaan Fir'aun oleh krisis kewangan dan makanan,
yang disebabkan mengeringnya sungai Nil sehingga tidak dapat mengairi
sawah-sawah dan ladang-ladang disamping serangan hama yang ganas yang telah
menghabiskan padi dan gandum yang sudah menguning dan siap untuk diketam.
Belumlagi krisis kewangan dan makanan teratasi datang menyusul bala banjir yang besar disebabkan oleh hujan yang turun dengan derasnya, sehingga menghanyutkan rumah-rumah, gedung-gedung dan membinasakan binatang-binatang ternak. Dan sebagai akibat dari banjir itu berjangkitlah bermacam-macam wabak dan penyakit yang merisaukan masyarakat seperti hidung berdarah dan lain-lain. Kemudian datanglah barisan kutu-kutu busuk dan katak-katak yang menyerbu ke dalam rumah-rumah sehingga mengganggu ketenteraman hidup mereka,menghilangkan kenikmatan makan, minum dan tidur, disebabkan menyusupnya binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat tidur, hidangan makanan dan di antara sela-sela pakaian mereka.
Belumlagi krisis kewangan dan makanan teratasi datang menyusul bala banjir yang besar disebabkan oleh hujan yang turun dengan derasnya, sehingga menghanyutkan rumah-rumah, gedung-gedung dan membinasakan binatang-binatang ternak. Dan sebagai akibat dari banjir itu berjangkitlah bermacam-macam wabak dan penyakit yang merisaukan masyarakat seperti hidung berdarah dan lain-lain. Kemudian datanglah barisan kutu-kutu busuk dan katak-katak yang menyerbu ke dalam rumah-rumah sehingga mengganggu ketenteraman hidup mereka,menghilangkan kenikmatan makan, minum dan tidur, disebabkan menyusupnya binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat tidur, hidangan makanan dan di antara sela-sela pakaian mereka.
Pada waktu azab menimpa dan bencana-bencana itu sedang melanda
berdatanglah mereka kepada Nabi Musa minta pertolongannya demi kenabiannya,
agar memohonkan kepada Allah mengangkat bala itu dari atas mereka dengan
perjanjian bahwa mrk akan beriman dan menyerahkan Bani Isra'il kepada Nabi Musa
sekirannya mereka dpt ditolong dan terhindar dari azab bala itu.
Akan tetapi begitu bala-bala itu tercabut dari atas mrk dan
hilanglah gangguan yang diakibatkan olehnya, mrk mengingkari janji mereka dan
kembali bersikap memusuhi dan menentang Nabi Musa, seolah-olah apa yang terjadi
bukanlah karena doa dan permohonan Musa kepada Allah tetapi karena hasil usaha
mrk sendiri.
Bacalah tentang isi cerita di atas ayat 26 dari surah "Al-Mukmin" ; ayat 51 sehingga ayat 54 surah "Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan 89 surah "Yunus" dan ayat 130 sehingga ayat 135 surah "Al-A'raaf" sebagimana berikut :~
Bacalah tentang isi cerita di atas ayat 26 dari surah "Al-Mukmin" ; ayat 51 sehingga ayat 54 surah "Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan 89 surah "Yunus" dan ayat 130 sehingga ayat 135 surah "Al-A'raaf" sebagimana berikut :~
"Dan berkata Fir'aun {kepada pembesar-pembesarnya}
"Biarlah aku membunuh Musa, dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya,
karena sesungguhnya aku khuatir dia akan menukar agama atau menimbulkan
kerusakan di muka bumi." { Al-Mukmin : 26 }
"Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya {seraya} berkata:
"Hai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan {bukankah}
sungai-sungai ini mengalir dibawahku, maa apakah yang kamu tidak melihatnya?
52~ Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak
dapat menjelaskan {perkataannya}? 53~ Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang
emas, atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya." 54~
Mak Fir'aun mempergaruhi kaumnya {dengan perkataan itu} lalu mereka patuh
kepadanya kerana sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang fasiq." {
Az-Zukhruf : 51 ~ 54 }
"88~ Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan {manusia} dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat seksaan yang pedih." 89~ Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sesekali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui." { Yunus : 88 sehingga 89 }
"88~ Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan {manusia} dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat seksaan yang pedih." 89~ Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sesekali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui." { Yunus : 88 sehingga 89 }
"130~ Dan sesungguhnya Kami telah menghukum {Fir'aun dan}
kaumnya dengan mendatangkan musim kemarau yang panjang dan kekurangan
buah-buahan, supaya mereka mengambil pengajaran 131~ Kemudian apabila datang
kepada mereka kemakmuran mereka berkata: "Ini adalah kerana {usaha}
kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan mrk lemparkan sebab kesialan itu
kepada Musa dan orang-orang yang berserta dengannya. Ketahuilah sesungguhnya
kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakkan mereka
tidak mengetahui. 132~ Mrk berkata kepada Musa: Bagaiman kamu mendatangkan
keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka sesekali
kami tidak akan beriman kepadamu." 133.~ Maka Kami {Allah} kirimkan kepada
mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas tetapi
mrk tetap menyombong diri dan mrk adalah kaum yang berdosa. 134~ Dan ketika mrk
ditimpa azab {yang telah diterangkan itu} mereka pun berkata: " Hai Musa,
mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan {perantaraan} kenabian yang
diketahui oleh Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat
menghilangkan azab itu drp kami pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami
biarkan Bani Isra'il pergi bersamamu." 135~ Maka setelah Kami hilangkan
azab itu dari mrk hingga batas waktu yang mrk sampai kepadanya, tiba-tiba mrk
mengingkarinya." { Al-A'raaf : 130 ~ 135 }
Bani Isra'il keluar dari Mesir
Bani Isra'il yang cukup menderita akibat tindasan Fir'aun dan
kaumnya cukup merasakan penganiayaan dan hidup dalam ketakutan di bawah
pemerintahan Fir'aun yang kejam dan bengis itu, pada akhirnya sedar bahwa
Musalah yang benar-benar dikirimkan oleh Allah untuk membebaskan mereka dari
cengkaman Fir'aun dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah mereka datang kepada Nabi
Musa memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka dari Mesir.
Kemudian bertolaklah rombongan kaum Bani Isra'il di bawah pimpinan
Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis. Dengan berjalan kaki dengan
cepat karena takut tertangkap oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang mengejar
mereka dari belakang akhirnya tibalah mereka pada waktu fajar di tepi lautan
merah setelah selama semalam suntuk dapat melewati padang pasir yang luas.
Rasa cemas dan takut makin mencekam hati para pengikut Nabi Musa
dan Bani Isra'il ketika melihat laut terbentang di depan mereka sedang dari
belakang mrk dikejar oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang akan berusaha
mengembalikan mereka ke Mesir. Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila mrk
tertangkap, maka hukuman matilah yang akan mereka terima dari Fir'aun yang
zalim itu.
Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi Musa, bernama Yusha'
bin Nun: "Wahai Musa, ke mana kami harus pergi?" Musuh berada di
belakang kami sedang mengejar dan laut berada di depan kami yang tidak dapat
dilintasi tanpa sampan. Apa yang harus kami perbuat untuk menyelamatkan diri
dari kejaran Fir'aun dan kaumnya?"
Nabi Musa menjawab: "Janganlah kamu khuatir dan cemas, perjalanan kami telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang akan memberi jalan keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh yang zalim itu."
Pada saat yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa berdebar-debar ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang kelihatan tenang sahaja, turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan perintah agar memukulkan air laut dengan tongkatnya. Maka dengan izin Allah terbelah laut itu, tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung yang besar. Di antara kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut yang sudah mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh kaum Bani Isra'il menuju ke tepi timurnya.
Setelah mrk sudah berada di bahagian tepi timur dalam keadaan
selamat terlihatlah oleh mereka Fir'aun dan bala tenteranya menyusuri jalan
yang sudah terbuka di antara dua belah gunung air itu. Kembali rasa cemas dan
takut mengganggu hati mereka seraya memandang kepada Nabi Musa seolah-olah
bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya. Dalam pada itu Nabi Musa
telah diilhamkan oleh Allah agar bertenang menanti Fir'aun dan bala tenteranya
turun semua ke dasar laut. Karena takdir Allah tela mendahului bahwa mrk akan
menjadi bala tentera yang tenggelam.
Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya tatkala melihat jalan terbuka
bagi mereka di antara dua belah gunung air itu: "Lihat bagaimana lautan
terbelah menjadi dua, memberi jalan kepada kami untuk mengejar orang-orang yang
melarikan diri itu. Mrk mengira bahwa mrk akan dpt melepaskan dari kejaran dan
hukumanku. Mrk tidak mengetahui bahwa perintahku berlaku dan ditaati oleh laut,
jgn lagi oleh manusia. Tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa aku adalah yang
berkuasa yang harus disembah olehmu?" Maka dengan rasa bangga dan sikap
sombongnya turunlah Fir'aun dan bala tenteranya ke dasar laut yang sudah
mengering itu melakukan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani Isra'il
yang sudah berada di tepi bahagian timur sambil menanti hukuman Allah yang
telah ditakdirkan terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah maka setelah Fir'aun dan bala tenteranya berada di
tengah-tengah lautan yang membelah itu, jauh dari ke dua tepinya, tibalah
perintah Allah dan kembalilah air yang menggunung itu menutupi jalur jalan yang
terbuka di mana Fir'aun dengan sombongnya sedang memimpin barisan tenteranya
mengejar Musa dan Bani Isra'il. Terpendamlah mrk hidup-hidup di dalam perut
laut dan berakhirlah riwayat hidup Fir'aun dan kaumnya untuk menjadi kenangan
sejarah dan ibrah bagi generasi- akan datang.
Pada detik-detik akhir hayatnya, seraya berjuang untuk
menyelamatkan diri dari maut yang sudah berada di depan matanya, berkatalah
Fir'aun: "Aku percaya bahwa tiada tuhan selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani
Isra'il. Aku beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri kepada-Nya sebagai
salah seorang muslim."
Berfirmanlah Allah kepada Fir'aun yang sedang menghadapi
sakaratul-maut: "Baru sekarangkah engkau berkata beriman kepada Musa dan
berserah diri kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan ketuhananmu dpt menyelamatkan
engkau dari maut? Baru sekarangkah engkau sedar dan percaya setelah sepanjang
hidupmu bermaksiat, melakukan penindasan dan kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku
dan berbuat-sewenang-wenang, merusak akhlak dan aqidah manusia-manusia yang
berada di bawah kekuasaanmu. Terimalah sekarang pembalasan-Ku yang akan menjadi
pengajaran bagi orang-orang yang akan datang sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh
kasarmu untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang meragukan akan
kekuasaan-Ku."
Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi Musa masih meragukan kematian
Fir'aun. Mrk masih terpengaruh dengan kenyataan yang ditanamkan oleh Fir'aun
semasa ia berkuasa sebagai raja bahwa dia adalah manusia luar biasa lain drp
yang lain dan bahwa dia akan hidup kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati.
Khayalan yang masih melekat pd fikiran mrk menjadikan mrk tidak mahu percaya
bahwa dengan tenggelamnya, Fir'aun sudah mati. Mrk menyatakan kepada Musa bahwa
Fir'aun mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir
oleh mrk tentang Fir'aun adalah suatu khayalan belaka dan bahwa Fir'aun sebagai
orang biasa telah mati tenggelam akibat pembalasan Allah atas perbuatannya,
menentang kekuasaan Allah mendustakan Nabi Musa dan menindaskan serta
memperhambakan Bani Isra'il. Dan setelah melihat dengan mata kepala sendiri,
tubuh-tubuh Firaun dan orang-orangnya terapung-apung di permukaan air,
hilanglah segala tahayul mrk tentang Fir'aun dan kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Fir'aun yang terdampar di
pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu diawet hingga utuh sampai
sekarang, sebagai mana dpt dilihat di muzium Mesir.
Tentang isi cerita yang terurai di atas dapat di baca dalam surah "Thaha" ayat 77 sehingga 79 ; surah "Asy-Syua'ra" ayat 60 sehingga 68 ; surah "Yunus" ayat 90 sehingga 92 sebagaimana berikut :~
"77~ Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa:
"Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku {Bani Isra'il} di malam hari, maka
buatklah untuk mrk jalan yang kering di laut itu, kamu tidak usah khuatir akan
tersusul dan tidak usah takut {akan tenggelam}." 78~ Maka Fir'aun dengan
bala tenteranya mengejar mrk, lalu mrk ditutup oleh laut yang menenggelamkan
mrk. 79~ Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi
peetunjuk." { Thaha : 77 ~ 79 }
"60~ Maka Fir'aun dan bala tenteranya dpt menyusuli mrk di
waktu matahari terbit. 61~ Maka setelah kedua golongan itu saling melihat,
berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan
tersusul; sesungguhnya Tuhanku bersertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk
kepadaku. 63~ Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu." Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan itu adalah
seperti golongan yang lain. 65~ Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang
bersertanya semuanya. 66~ Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu. 67~
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang
besar {mukjizat} dan kebanyakkan mrk tidak beriman. 68~ Dan sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar Dialah Yang Mulia Perkasa lai Maha Penyayang." { Asy-Syu'ara :
60 ~ 68 }
"90~ Dan Kami memungkinkan Bani Isra'il melintasi lau, lalu mrk diikiti oleh Fir'aun dan bala tenteranya, karena hendak menganiaya dan menindas {mereka} hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isra'il dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri {kepada Allah}." 91~ Apakah sekarang {baru kamu percaya} padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakkan. 92~ Maka pada hari ini Kami akan selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pengajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." { Yunus : 90 ~ 92 }
"90~ Dan Kami memungkinkan Bani Isra'il melintasi lau, lalu mrk diikiti oleh Fir'aun dan bala tenteranya, karena hendak menganiaya dan menindas {mereka} hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isra'il dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri {kepada Allah}." 91~ Apakah sekarang {baru kamu percaya} padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakkan. 92~ Maka pada hari ini Kami akan selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pengajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." { Yunus : 90 ~ 92 }
Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah keluar dari Mesir
Dalam perjalanan menuju Thur Sina setelah melintasi lautan di
bahagian utara dari Laut Merah dan setelah mereka merasa aman dari kejaran
Fir'aun dan kaumnya. Bani Isra'il yang dipimpin oleh Nabi Musa itu melihat
sekelompok orang-orang yang sedang menyembah berhala dengan tekunnya.
Berkatalah mrk kepada Nabi Musa: "Wahai Musa, buatlah untuk kamu sebuah
tuhan berhala sebagaimana mrk mempunyai berhala-berhala yang disembah sebagai
tuhan." Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah orang-orang yang
bodoh dan tidak berfikiran sihat. Persembahan mereka itu kepada berhala adalah
perbuatan yang sesat dan bathil serta pasti akan dihancurkan oleh Allah.
Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu selain Allah yang telah memberikan kurnia
kepada kamu, dengan menyelamatkan kamu dari Fir'aun, melepaskan kamu dari
perhambaannya dan penindasannya serta memberikan kamu kelebihan di atas
umat-umat yang lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang aneh drp kamu, bahwa
kamu akan mencari tuhan selain Allah yang demikian besar nikmatnya atas kamu,
Allah pencipta langit dan bumi serta alam semesta. Allah yang baru saja kamu
saksikan kekuasaan-Nya dengan ditenggelamkannya Fir'aun berserta bala
tenteranya untuk keselamatan dan kelangsungan hidupmu."
Perjalanan Nabi Musa dan Bani Isra'il dilanjutkan ke Gurun Sinai
di mana panas matahari sgt teriknya dan sunyi dari pohon-pohon atau bangunan di
mana orang dpt berteduh di bawahnya. Atas permohonan Nabi Musa yang didesak
oleh kaumnya yang sedang kepanasan diturunkan oleh Allah di atas mereka awan
yang tebal untuk mrk bernaung dan berteduh di bawahnya dari panas teriknya
matahari. Di samping itu tatkala bekalan makanan dan minuman mereka sudah
berkurangan dan tidak mencukupi keperluan. Allah menurunkan hidangan makanan
"manna" - sejenis makanan yang manis sebagai madu dan
"salwa" - burung sebangsa puyuh dengan diiringi firman-Nya:
"Makanlah Kami dari makanan-makanan yang baik yang Kami telah turunkan
bagimu."
Demikian pula tatkala pengikut-pengikut Nabi Musa mengeluh
kehabisan air untuk minum dan mandi di tempat yang tandus dan kering itu, Allah
mewahyukan kepada Musa agar memukul batu dengan tongkatnya. Lalu memancarlah
dari batu yang dipukul itu dua belas mata air, untuk dua belas suku bangsa
Isra'il yang mengikuti Nabi Musa, masing-masing suku mengetahui sendiri dari
mata air mana mereka mengambil keperluan airnya.
Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang sangat manja itu, merasa
masih belum cukup atas apa yang telah Allah berikan kepada mrk yang telah
menyelamatkan mereka dari perhambaan dan penindasan Fir'aun, memberikan mereka
hidangan makanan dan minuman yang lazat dan segar di tempat yang kering dan
tandus mereka menuntut lagi dari Nabi Musa agar memohon kepada Allah menurunkan
bagi mereka apa yang ditumbuhkan oleh bumi dari rupa-rupa sayur-mayur, seperti
ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah karena mereka tidak puas
dengan satu macam makanan.
Terhadap tuntutan mereka yang aneh-aneh itu berkatalah Nabi Musa:
"Mahukah kamu memperoleh sesuatu yang rendah nilai dan harganya sebagai
pengganti dari apa yang lebih baik yang telah Allah kurniakan kepada kamu?
Pergilah kamu ke suatu kota di mana pasti kamu akan dapat apa yang telah kamu
inginkan dan kamu minta."
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-A'raaf ayat 138 sehingga 140 dan 160 ; serta surah "Al-Baqarah" ayat 61 yang berbunyi sebagai berikut :~
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-A'raaf ayat 138 sehingga 140 dan 160 ; serta surah "Al-Baqarah" ayat 61 yang berbunyi sebagai berikut :~
"138~ Dan Kami seberangkan Bani Isra'il ke seberang lautan
itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala,
mereka {Bani Isra'il} berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan
{berhala} sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan {berhala}". Musa
menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui
{sifat-sifat Tuhan}". 139~ Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan
kepercayaan yang dianutnya dan akan batal yang selalu mereka kerjakan. 140~
Musa berkata: "Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu yang selain dari
Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat". {
Al-A'raaf : 138 ~ 140 }
"160~ Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang
masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya
meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Maka
memancarlah drpnya dua belas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui
tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan Awan di atas mereka dan Kami
turunkan kepada mereka manna dan salwa. {Kami berfirman}: "Makanlah
baik-baik dari apa yang Kami telah rezekikan kepadamu." Mereka tidak
menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri."
{ Al-A'raaf : 160 }
"61~ Dan ingatlah ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami
tidak boleh sabar {tahan} dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah
untuk kami kepada Tuhanmu, Agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya,
kacang adasnya dan bawah merahnya." Musa berkata: "Mahukah kamu
mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu
ke suatu kota, pasti kamu memperolehi apa yang kamu minta." { Al-Baqarah :
61 }
Musa bermunajat dengan Allah
Menurut riwayat sementara ahli tafsir, bahawasanya tatkala Nabi
Musa berada di Mesir, ia telah berjanji kepada kaumnya akan memberi mereka
sebuah kitab suci yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup yang akan memberi
bimbingan dan sebagai tuntunan bagaimana cara mereka bergaul dan bermuamalah
dengan sesama manusia dan bagaimana mereka harus melakukan persembahan dan
ibadah mereka kepada Allah. Di dalam kitab suci itu mereka akan dapat petunjuk
akan hal-hal yang halal dan haram, perbuatan yang baik yang diredhai oleh Allah
di samping perbuatan-perbuatan yang mungkar yang dapat mengakibatkan dosa dan
murkanya Tuhan.
Maka setelah perjuangan menghadapi Fir'aun dan kaumnya yang telah
tenggelam binasa di laut, selesai, Nabi Musa memohon kepada Allah agar
diberinya sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman dakwah dan risalahnya kepada
kaumnya. Lalu Allah memerintahkan kepadanya agar untuk itu ia berpuasa selama
tiga puluh hari penuh, iaiut semasa bulan Zulkaedah. Kemudian pergi ke Bukit
Thur Sina di mana ia akan diberi kesempatan bermunajat dengan Tuhan serta menerima
kitab penuntun yang diminta.
Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia
harus menghadap kepada Allah di atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa segan
akan bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbau kurang sedap
akibat puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah daun-daunan dalam
usahanya menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur oleh malaikat yang datang
kepadanya atas perintah Allah. Berkatalah malaikat itu kepadanya: "Hai
Musa, mengapakah engkau harus menggosokkan gigimu untuk menghilangkan bau
mulutmu yang menurut anggapanmu kurang sedap, padahal bau mulutmu dan mulut
orang-orang yang berpuasa bagi kami adalah lebih sedap dan lebih wangi dari
baunya kasturi. Maka akibat tindakanmu itu, Allah memerintahkan kepadamu berpuasa
lagi selama sepuluh hari sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang
empat puluh hari."
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah dipilih diantara
pengikutnya untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan mengangkat Nabi Harun
sebagai wakilnya mengurus serta memimpin kaum yang ditinggalkan selama
kepergiannya ke tempat bermunajat itu.
Pada saat yang telah ditentukan tibalah Nabi Musa seorang diri di
bukit Thur Sina mendahului tujuh puluh orang yang diajaknya turut serta. Dan
ketika ia ditanya oleh Allah: "Mengapa engkau datang seorang diri
mendahului kaummu, hai Musa?" Ia menjawab: "Mereka sedang menyusul di
belakangku, wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat datang lebih dahulu untuk mencapai
redha-Mu."
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: "Wahai Tuhamku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu"
Allah berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah lihat bukit itu, jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia kala, maka nescaya engkau akan dapat melihat-Ku." Lalu menolehlah Nabi Musa mengarahkan pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu yang seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi tanpa menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa, gementarlah seluruh tubuhnya dan jatuh pengsan.
Setelah ia sedar kembali dari pengsannya, bertasbih dan bertahmidlah ia seraya memohon ampun kepada Allah atas kelancangannya itu dan berkata: "Maha Besarlah Engkau wahai Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku dn aku akan menjadi orang yang pertama beriman kepada-Mu."
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: "Wahai Tuhamku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu"
Allah berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah lihat bukit itu, jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia kala, maka nescaya engkau akan dapat melihat-Ku." Lalu menolehlah Nabi Musa mengarahkan pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu yang seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi tanpa menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa, gementarlah seluruh tubuhnya dan jatuh pengsan.
Setelah ia sedar kembali dari pengsannya, bertasbih dan bertahmidlah ia seraya memohon ampun kepada Allah atas kelancangannya itu dan berkata: "Maha Besarlah Engkau wahai Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku dn aku akan menjadi orang yang pertama beriman kepada-Mu."
Dalam kesempatan bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi
Musa kitab suci "Taurat" berupa kepingan-kepingan batu-batu atau
kepingan kayu menurut sementara ahli tafsir yang di dalamnya tertulis segala
sesuatu secara terperinci dan jelas mengenai pedoman hidup dan penuntun kepada
jalan yang diredhai oleh Allah.
Allah mengiring pemberian "Taurat" kepada Musa dengan
firman-Nya: "Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilih engkau lebih dari
manusia-manusia yang lain di masamu, untuk membawa risalah-Ku dan menyampaikan
kepada hamba-hamba-Ku. Aku telah memberikan kepadamu keistimewaan dengan dapat
bercakap-cakap langsung dengan Aku, maka bersyukurlah atas segala kurnia-Ku
kepadamu dan berpegang teguhlah pada apa yang Aku tuturkan kepadamu. Dalam
kitab yang Aku berikan kepadamu terhimpun tuntunan dan pengajaran yang akan
membawa Bani Isra'il ke jalan yang benar, ke jalan yang akan membawa
kebahagiaan dunia dan akhirat bagi mereka. Anjurkanlah kaummu Bani Isra'il agar
mematuhi perintah-perintah-Ku jika mereka tidak ingin Aku tempatkan mereka di
tempat-tempat orang-orang yang fasiq."
Bacalah tentang kisah munajat Nabi Musa ini, surah
"Thaha" ayat 83 dan 84 dan surah "Al-a'raaf" ayat 142
sehingga ayat 145 sebagaimana berikut :~
"83~ Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai
Musa?" 84~ Berkata Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku
bersegera kepadamu ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha kepadaku." { Thaha
: 83 ~ 84 }
"142~ Dan Kami telah janjikan kepada Musa {memberikan Taurat}
sesudah berlalu waktu tiga puluh malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu
dengan sepuluh {malam lagi}, maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan
Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya, yaitu Harun:
"Gantilah aku dalam {memimpin} kaumku dan perbaikilah dan janganlah kamu
mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakkan". 143~ Dan tatkala
Musa datang untuk {munajat} dengan {Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan
dan Tuhan telah berfirman {langsung} kepadanya, berkatalah Musa: "Ya
Tuhanku nampakkanlah {Zat Engkau} kepadaku agar aku dapat melihat kepada
Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sesekali tidak sanggup melihat-Ku,
tetapi melihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya {sebagai
sediakala} nescaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya nampak bagi
gunung itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh
pengsan. Maka setelah Musa sedar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau,
aku bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang pertama beriman." 144~ Allah
berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku memilih kamu lebih dari manusia yang
lain {di masamu} untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung
dengan-Ku sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan
hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." 145~ Dan Kami telah
tuliskan untuk Musa luluh {Taurat} segala sesuatu sebagai pengajaran bagi
sesuatu. Maka Kami berfirman: "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan
suruhlah kaummu berpegang kepada {perintah-perintahnya} yang sebaik-baiknya,
nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq." {
Al-A'raaf: 142 ~ 145 }
Bani Isra'il kembali menyembah patung anak lembu
Nabi Musa berjanji kepada Bani Isra'il yang ditinggalkan di bawah
pimpinan Nabi Harun bahwa ia tidak akan meninggalkan mereka lebih lama dari
tiga puluh hari, dalam perjalananya ke Thur Sina untuk berminajat dengan Tuhan.
Akan tetapi berhubung dengan adanya perintah Allah kepada Musa untuk melengkapi
jumlah hari puasanya menjadi empat puluh hari, maka janjinya itu tidak dapat
ditepati dan kedatangannya kembali ke tengah-tengah mereka tertunda menjadi
sepuluh hari lebih lama drp yang telah dijanjikan.
Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan kelambatan kedtgan Nabi
Musa kembali ke tengah-tengah mrk. Mrk menggerutu dan mengomel dengan
melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa seolah-olah ia telah meninggalkan mrk
dalam kegelapan dan dalam keadaan yang tidak menentu. Mrk merasa seakan-akan
telah kehilangan pimpinan yang biasanya memberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk
kepada mrk.
Keadaan yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kelompok
Bani Isra'il itu, digunakan oleh seprg munafiq, bernama Samiri yang telah
berhasil menyusup ke tengah-tengah mrk, sebagai kesempatan yang baik untuk
menyebarkan benih syiriknya dan merusakkan akidah para pengikut Nabi Musa yang
baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah. Samiri yang munafiq itu
menghasut mrk dengan kata-kata bahwa Musa telah tersesat dalam tugasnya mencari
Tuhan bagi mereka dan bahawa dia tidak dapat diharapkan kembali dan karena itu
dianjurkan oleh Samiri agar mereka mencari tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan
Musa.
Samiri melihat bahwa hasutan itu dapat menggoyahkan iman dan
akidah pengikut-pengikut Musa yang memang belum meresapi benar ajaran tauhidnya
segera membuat patung bagi mereka untuk disembah sebagai tuhan pengganti
Tuhannya Nabi Musa. PAtung itu berbentuk anak lembu yang dibuatnya dari emas
yang dikumpulkan dari perhiasan-perhiasan para wanita. Dengan kepandaian
tektiknya patung itu dibuat begitu rupa sehingga dapat mengeluarkan suara
menguap seakan-akan anak lembu sejati yang hidup. Maka diterimalah anak patung
lembu itu oleh Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang masih lemah iman dan
akidahnya itu sebagai tuhan persembahan mereka.
Ditegurlah mereka oleh Nabi Harun yang berkata: "Alangkah
bodohnya kamu ini! Tidakkah kamu melihat anak lembu yang kamu sembah ini tidak
dapat bercakap-cakap dengan kamu dan tidak pula dapat menuntun kamu ke jalan
yang benar. Kamu telah menganiaya diri kamu sendiri dengan menyembah pada
sesuatu selain Allah."
Teguran Nabi Harun itu dijawab oleh mereka yang telah termakan hasutan Samiri itu dengan kata-kata: "Kami akan tetap berpegang pada anak lembu ini sebagai tuhan persembahan kami sampai Musa kembali ke tengah-tengah kami."
Nabi Harun tidak dapat berbuat banyak menghadapi kaumnya yang telah berbalik menjadi murtad itu, karena ia khuatir kalau mereka dihadapi dengan sikap yang keras, akan terjadi perpecahan di antara mereka dan akan menjadi keadaan yang lebih rumit dan gawat sehingga dapat menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia datang untuk mencarikan jalan keluar dari krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia hanya memberi peringatan dan nasihat kepada mereka sambil menanti kedatangan Musa kembali dari Thur Sina.
Teguran Nabi Harun itu dijawab oleh mereka yang telah termakan hasutan Samiri itu dengan kata-kata: "Kami akan tetap berpegang pada anak lembu ini sebagai tuhan persembahan kami sampai Musa kembali ke tengah-tengah kami."
Nabi Harun tidak dapat berbuat banyak menghadapi kaumnya yang telah berbalik menjadi murtad itu, karena ia khuatir kalau mereka dihadapi dengan sikap yang keras, akan terjadi perpecahan di antara mereka dan akan menjadi keadaan yang lebih rumit dan gawat sehingga dapat menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia datang untuk mencarikan jalan keluar dari krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia hanya memberi peringatan dan nasihat kepada mereka sambil menanti kedatangan Musa kembali dari Thur Sina.
Dalam pada itu, Nabi Musa setelah selesai bermunajat dengan Tuhan
dan dalam perjalanannya kembali ke tempat di mana kaumnya sedang menunggu
memperolehi isyarat tentang apa yang telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun
selama ketiadaannya. Nabi Musa sgt marah dan sedih hati tatkala ia tiba di
tempat dan melihat kaumnya sedang berpesta mengelilingi anak patung lembu emas,
menyembahnya dan memuji-mujinya. Dan karena sgt marah dan sedihnya ia tidak
dapat menguasai dirinya, kepingan-kepingan Taurat dilemparkan berantakan. Harun
saudaranya dipegang rambut kepalanya ditarik kepadanya seraya berkata menegur:
"Apa yang engkau buat tatkala engkau melihat mereka tersesat dan terkena
oleh hasutan dan fitnahan Samiri? Tidakkah engkau mematuhi perintahku dan
pesanku ketika aku menyerahkan mereka kepadamu untuk engkau pimpin? Tidakkah
engkau berdaya melawan hasutan Samiri dengan memberi petunjuk dan penerangan
kepada mereka dan mengapa engkau tidak cepat memadamkan api kemurtadan ini
sebelum menjadi besar begini?"
Harun berkata menanggapi teguran Musa: "Hai anak ibuku,
janganlah engkau memegang jangut dan rambut kepalaku, menarik-narikku. Aku
telah berusaha memberi nasihat dan teguran kepada mereka, namun mereka tidak
mengindahkan kata-kataku. Mereka menganggapkan aku lemah dan mengancam akan
membunuhku. Aku khawatir jika aku menggunakan sikap dan tindakan yang keras,
akan terjadi perpecahan dan permusuhan di antara sesama kita, hal mana akan
menjadikan engkau lebih marah dan sedih. Lepaskanlah aku dan janganlah
membuatkan musuh-musuhku bergembira melihat perlakuanmu terhadap diriku.
Janganlah disamakan aku dengan orang-orang yang zalim."
Setelah mereda rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh kembali
ketenangannya, berkatalah Nabi Musa kepada Samiri, orang munafiq yang menjadi
biang keladi dari kekacauan dan kesesatan itu: "Hai Samiri, apakah yang
mendorongmu menghasut dan menyesatkan kaumku, sehingga mereka kembali menjadi
murtad, menyembah patung yang engkau buatkan dari emas itu?"
Samiri menjawab: "Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak
melihatnya. Aku telah melihat kuda malaikat Jibril. aku mengambil segenggam
tanah bekas jejak telapak kakinya itu, lalu aku lemparkannya ke dalam emas yang
mencair di atas api dan terjadilah patung anak lembu yang dapat menguak,
mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu biasa.Demikianlah hawa nafsuku
membujukku untuk berbuat itu."
Berkata Nabi Musa kepada Samiri: "Pergilah engkau dan
jauhilah pergaulan manusia sebab karena perbuatan kamu itu engkau harus
dipencilkan dan menjadi tabu {sesuatu yang terlarang} jika disentuh atau
menyentuh seseorang ia akan menderita sakit demam panas. Ini adalah ganjaranmu
di dunia, sedang di akhirat nerakalah akan menjadi tempatmu. Dan tuhanmu yang
engkau buat dan sembah ini kami akan bakar dan campakkannya ke dalam
laut."
Kemudian berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata: "Hai
kaumku, alangkah buruknya perbuatan yang kamu telah kerjakan setelah
kepergianku! Apakah engkau hendak mendahului janji Tuhanmu? Bukankah Tuhanmu
telah menjanjikan kepadamu janji yang baik, berupa kitab suci? Ataukah engkau
menghendaki kemurkaan Tuhan menimpa atas dirimu, karena perbuatanmu yang buruk
itu dan perlanggaranmu terhadap perintah-perintah dan ajaran-ajaranku."
Kaum Musa menjawab: "Kami tidak sesekali melanggar
perjanjianmu dengan kemahuan kami sendiri, akan tetapi kami disuruh membawa
beban-beban perhiasan yang berat kepunyaan orang Mesir yang atas anjuran Samiri
kami lemparkan ke dalam api yang sedang menyala. Kemudian perhiasan-perhiasan
yang kami lemparkan itu menjelma menjadi patung anak lembu yang bersuara,
sehingga dapat menyilaukan mata kepala kami dan menggoyahkan iman yang sudah
tertanam di dalam dada kami."
Berkata Musa kepada mrk: "Sesungguhnya kamu telah berbuat
dosa besar dan menyia-nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan patung anak
lembu itu sebagai persembahanmu, maka bertaubatlah kamu kepada Tuhan,
Penciptamu dan Pencipta alam semesta dan mohonlah ampun drpnya agar Dia
menunjukkan kembali kepada jalan yang benar."
Akhirnya kaum Musa itu sedar atas kesalahannya dan mengakui bahwa
mereka telah disesatkan oleh syaitan dan memohon ampun dan rahmat Allah agar
selanjutnya melindungi mereka dari godaan syaitan dan iblis yang akan merugikan
mereka di dunia dan akhirat. Demikian pula Nabi Musa beristighfar memohon ampun
baginya dan bagi Harun saudaranya setalah ternyata bahwa ia tidak melalaikan
tugasnya sebagai wakil Musa dalam menghadapi krisis iman yang dialami oleh
kaumnya. Berdoa Musa kepada Tuhannya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan
saudaraku dan masukkanlah kami berdua ke dalam lingkaran rahmat-Mu sesungguhnya
Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Setelah suasana yang meliputi hubungan Musa dengan Harun di satu
pihak dan hubungan mereka berdua dengan kaumnya di lain pihak menjadi tenang
kembali, kepingan-kepingan Taurat yang bertaburan sudah dihimpun dan disusun
sebagaimana asalnya, maka Allah memerintahkan kepada Musa agar membawa
sekelompok dari kaumnya menghadap untuk meminta ampun atas dosa mereka
menyembah patung anak lembu.
Tujuh puluh orang dipilih oleh Nabi Musa di antara kaumnya untuk
diajak pergi bersama ke Thur Sina memenuhi perintah Allah meminta ampun atas
dosa kaumnya. Mereka diperintahkan untuk keperluan itu agar berpuasa,
mensucikan diri, pakaian mereka dan pada waktu yang telah ditentukan
berangkatlah Nabi Musa bersama tujuh puluh orang itu menuju ke bukit Thur Sina.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan yang tebal meliputi seluruh bukit, kemudian masuklah Nabi Musa diikuti para pengikutnya ke dalam awan gelap itu dan segera mereka bersujud. Dan sementara bersujud terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh itu percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada saat itu timbullah dalam hati mereka keinginan untuk melihat Zat Allah dengan mata kepala mereka setelah mendengar percakapan-Nya dengan telinga.Maka setelah selesai Nabi Musa bercakap-cakap dengan Allah berkatalah mereka kepadanya: "Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang." Dan sebagai jawapan atas keinginan mereka yang menunjukkan keingkaran dan ketakaburan itu, Allah seketika itu juga mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka sekaligus.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan yang tebal meliputi seluruh bukit, kemudian masuklah Nabi Musa diikuti para pengikutnya ke dalam awan gelap itu dan segera mereka bersujud. Dan sementara bersujud terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh itu percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada saat itu timbullah dalam hati mereka keinginan untuk melihat Zat Allah dengan mata kepala mereka setelah mendengar percakapan-Nya dengan telinga.Maka setelah selesai Nabi Musa bercakap-cakap dengan Allah berkatalah mereka kepadanya: "Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang." Dan sebagai jawapan atas keinginan mereka yang menunjukkan keingkaran dan ketakaburan itu, Allah seketika itu juga mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih melihat nasib fatal yang menimpa kelompok
tujuh puluh orang yang merupakan orang-orang yang terbaik di antara kaumnya. Ia
berseru memohon kepada Allah agar diampuni dosa mereka seraya berkata:
"Wahai Tuhanku, aku telah pergi ke Thur Sina dengan tujuh puluh orang yang
terbaik di antara kaumku kemudian aku akan kembali seorang diri, pasti kaumku
tidak akan mempercayaiku. Ampunilah dosa mereka, wahai Tuhanku dan kembalilah
kepada mereka nikmat hidup yang Engkau telah cabut sebagai pembalasan atas
keinginan dan permintaan mereka yang durhaka itu."
Alah memperkenankan doa Musa dan permohonannya dengan dihidupkan
kembali kelompok tujuh puluh orang itu, maka bangunlah mereka seakan-akan orang
yang baru sedar dari pengsannya. Kemudian pada kesempatan itu Nai Musa
mengambil janji dari mereka bahwa mereka akan berpegangan teguh kepada kitab
Taurat sebagai pedoman hidup mereka melaksanakan perinta-perintahnya dan
menjauhi segala apa yang dilarangnya.
Pokok cerita yang dihuraikan di atas, dikisahkan oleh Al-Quran
dalam banyak tempat, di antaranya surah "Thaha" ayat 85 sehingga 98,
surah "Al-A'raaf ayat 149, 151, 154, 155 dan surah "Al-Baqarah"
ayat 55, 56, 63 dan 64 sebagai berikut :~
"85~ Allah berfirman: "Maka sesungguuhnya Kami telah
menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh
Samiri." 86~ Kemudian Musa kembali kepada kaumnya, bukankah Tuhanmu telah
menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang
berlalu itu bagimu atau kamu melanggar perjanjian dengan aku?" 87~ Mereka
berkata: "Kami sesekali tidak melanggar perjanjian kamu dengan kemahuan
kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu,
maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya."
88~ Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mrk anak lembu yang bertubuh dan
bersuara, maka mereka berkata: "Inilah tuhanmu dan tuhan Musa tetapi Musa
telah lupa." 89~ Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahawapatung anak
lembu itu tidak dapat memberi jawapan kepada mereka dan tidak dapat memberi
kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan? 90~ Dan sesungguhnya
Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: " Hai kaumku, sesungguhnya
kamu itu hanya diberi cubaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu
ialah Tuhan Yang Maha Pemurah maka ikutilah aku dan taatilah perintahku."
91~ Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyambah patung anak lembu ini,
hingga Musa kembali kepada kami." 92~ Berkata Musa: "Hai Harun, apa
yang menghalangi kamu ketika kamu melihat telah tersesat, 93~ {sehingga} kamu
tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah sengaja mendurhakai
perintahku?" 94~ Harun menjawab: "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang
jangutku dan jangan pula kepalaku; sesungguhnya aku khuatir bahawa kamu akan
berkata {kepadaku}: " Kamu telah memecah antara Bani Isra'il dan kamu
tidak memelihara amanatku." 95~ Berkatalah Musa: "Apakah yang
mendorongmu {berbuat demikian} hai Samiri?" 96~ Samiri menjawab: "Aku
mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya maka aku ambil segenggam
aari jejak rasul, lalu aku melemparkannya dan demikianlah nafsuku
membujukku." 97~ berkata Musa: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagi
kamu di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat menyatakan : Janganlah
menyantuh {aku}." Dan sesungguuhnya bagimu hukuman {di akhirat} yang kami
sesekali tidak dapat menghindarinya dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap
menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya kemudian kami sesungguhnya
akan menghamburkannya ke dalam laut {berupa abu yang berserakan} 98~
Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia.
Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu." { Thaha : 85 ~ 98 }
"149~ Dan setelah mereka sgt menyesali perbuatanya dari
mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata: "Sesungguhnya
jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami
pastilah kami menjadi orang-orang yang rugi." { Al-A'raaf : 149 }
"151~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para Penyayang." { Al-A'raaf : 151 }
"151~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para Penyayang." { Al-A'raaf : 151 }
"154~ Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya
kembali luh-luh {Taurat} itu; dan dalam tulisannya terdpt petunjuk dan
rahmatbutk orang-orang yang takut kepada Tuhannya. 155~ Dan Musa memilih tujuh
puluh orang dari kaumnya untuk {memohonkan taubat kepada Kami} pada waktu yang
telah Kami tentukan. Mak ketika mereka digoncang genpa bumi Musa berkata:
"Ya Tuhanku! kalau Engkau kehendaki tentulah Engkau telah membinasakan
mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena
perbuatan orang-orang yang krg akal di antara kami? Itu hanyalah cubaan dari
Engkau, Engkau sesatkan dengan cubaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan
Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang
memimpin kami maka ampunilah kami dan berikanlah kepada kami rahmat dan
Engkaulah Pemberi ampun sebaik-baiknya." { Al-A'raaf : 154 ~ 155 }
"55~ Dan {ingatlah} ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami
tidak akan beriman kepadamu, sebelum kami melihat Allah dengan terang karena
itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya" 56~ Setelah itu
Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur." {
Al-Baqarah : 55 ~ 56 }
"63~ Dan {ingatlah} ketika Kami mengambil janji dari kamu dan
Kmai angkatkan gunung { Thur Sina } di atas {seraya Kami berfirman} :
"Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu
apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa. Kemudian kamu berpaling setelah
{adanya perjanjian} itu, maka kalau tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya
atasmu, nescaya kamu tergolong orang yang rugi." { Al-Baqarah : 63 ~ 64 }
Bani Isra'il mengembara tidak berketentuan tempat tinggalnya
Tidak kurang-kurang kurniaan Allah yang diberikan kepada kaum Bani
Isra'il. Mereka telah dibebaskan dari kekuasaan Fir'aun yang kejam yang telah
menindas dan memperhambakan mereka berabad-abad lamanya. Telah diperlihatkan
kepada mereka bagaimana Allah telah membinasakan Fir'aun , musuh mereka
tenggelam di laut. Kemudian tatkala mereka berada di tengah-tengah padang pasir
yang kering dan tandus, Allah telah memancarkan air dari sebuah batu dan
menurunkan hidangan makanan "Manna dan Salwa" bagi keperluan mereka.
Di samping itu Allah mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi
dari kalangan mererka sendiri untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada
mereka. Akan tetapi kurnia dan nikmat Allah yang susul-menyusul yang diberikan
kepada mereka, tidaklah mengubah sifat-sifat mereka yang tidak mengenal syukur,
berkeras kepala dan selalu membangkang terhadap perintah Allah yang diwahyukan
kepada rasul-Nya.
Demikianlah tatkala Allah mewahyukan perintah-Nya kepada Nabi Musa
untuk memimpin kaumnya pergi ke Palestin, tempat suci yang telah dijanjikan
oleh Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya,
mereka membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan
mereka ialah karena mereka harus menghadapi suku "Kana'aan" yang
menurut anggapan mereka adalah orang-orang yang kuat dan perkasa yang tidak
dapat dikalahkan dan diusir dengan aduan kekuatan. Mereka tidak mempercayai
janji Allah melalui Musa, bahwa dengan pertolongan-Nya mereka akan dapat
mengusir suku Kan'aan dari kota Ariha untuk dijadikan tempat pemukiman mereka
selama-lamanya.
Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat pengejutnya kepada Musa:
"Hai Musa, kami tidak akan memasuki Ariha sebelum orang-orang suku Kan'aan
itu keluar. KAmi tidak berdaya menghadapi mereka dengan kekuatan fizikal kerana
mereka telah terkenal sebagai orang-orang yang kuat dan perkasa. Pergilah
engkau berserta Tuhanmu memerangi dan mengusir orang-orang suku Kan'aan itu dan
tinggalkanlah kami di sini sambil menanti hasil perjuanganmu."
Naik pitamlah Nabi Musa melihat sikap kaumnya yang pengecut itu
yang tidak mau berjuang dan memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman
tetapi ingin memperolehnya secara hadiah atau melalui mukjizat sebagaimana
mereka telah mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang menyedihkan hati Musa
ialah kata-kata mengejek mereka yang menandakan bahwa dada mereka masih belum
bersih dari benih kufur dan syirik kepada Allah.
Dalam keadaan marah setelah mengetahui bahawa tiada seorang drp
kaumnya yang akan mendampinginya melaksanakan perintah Allah itu, berdoalah Nai
Musa kepada Allah: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri
saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang-orang yang fasiq yang
mengingkari nikmat dan kurnia-Mu."
Sebagaimana hukuman bagi Bani Isra'il yang telah menolak perintah
Allah memasuki Palestin, Allah mengharamkan negeri itu atas mereka selama empat
puluh tahun dan selama itu mereka akan mengembara berkeliaran di atas bumi
Allah tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap. Mereka hidup dalam kebingungan
sampai musnahlah mereka semuanya dan datang menyusul generasi baru yang akan
mewarisi negeri yang suci itu sebagaimana yang telah disanggupkan oleh Allah
kepada Nabi Ibrahim a.s.
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh
Al-Quran dalam surah "Al-Maidah ayat 20 sehingga ayat 26 sebagaimana
berikut :
"20~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya:
"Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi
di antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang merdeka dan diberi-Nya kepada mu
apa yang belum pernah diberi-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang
lain." 21~ HAi kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin} yang telah
ditentukan oleh Allah bagimu dan janganlah kamu lari kebelakang {karena takut
kepada musuh} maka kamu akan menjadi orang-orang yang rugi. 22~ Mereka berkata:
"Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah
perkasa sesungguhnya kami tidak sesekali akan memasukinya sebelum mereka keluar
drpnya. Jika mereka keluar drpnya, pasti kami akan memasukinya" 23~
Berkatalah dua orang di antara orrg-orang yang takut {kepada Allah} yang Allah
telah memberi nikmat atas keduanya: " Serbulah mereka melalui pintu
gerbang {kota} itu, maka bila kamu memasukinya nescaya kamu akan menang. Dan
hanya kepada Allah hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu orang-orang yang
beriman." 24~ Mereka berkata: "Hai Musa, kami sesekali tidak akan
memasuki selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya karena itu pergilah kamu
bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk
menanti disini saja." 25~ Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak
menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara
kami dengan orang-orang yang fasiq itu." 26~ Allah berfirman : {Jika
demikian} maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat
puluh tahun {selama itu} mereka akan berpusing-pusing kebingungan di bumi itu.
Maka janagnlah kamu bersedih hati {memikirkan nasib} orang-orang yang fasiq
itu." { Al-Maidah : 20 ~ 26 }
Kisah sapi Bani Isra'il
Salah satu dari beberapa mukjizat yang telah dinerikan oleh Allah
kepada Nabi Musa ialah penyembelihan sapi yang terkenal dengan sebutan sapi
Bani ISra'il.
Dikisahkan bahwa ada seorang anak laki-laki putera tunggal dari
seorang kaya-raya memperolehi warisan harta peninggalan yang besar dari ayahnya
yang telah wafat tanpa meninggalkan seorang pewaris selain putera tunggalnya
itu.
Saudara-saudara sepupu dari putera tunggal itu iri hati dan ingin
menguasai harta peninggalan yang besar itu atau setidak-tidaknya sebahagian
daripadanya. Dan kerana menurut hukum yang berlaku pada waktu itu yang tidak
memberikan hak kepada mereka untuk memperoleh walau sebahagian dari peninggalan
bapa saudara mereka , mereka bersekongkol untuk membunuh saudara sepupu pewaris
itu, sehingga bila ia sudah mati hak atau warisan yang besar itu akan jatuh
kepada mereka.
Pembunuh atas pewaris sah itu dilaksanakan menurut rencana yang
tersusun rapi kemudian datanglah mereka kepada Nabi Musa melaporkan, bahwa
mereka telah menemukan saudara sepupunya mati terbunuh oleh seorang yang tidak
dikenal identitinya mahupun tempat di mana iamenyembunyikan diri. Mereka
mengharapkan Nabi Musa dapat menyingkap tabir yang menutupi peristiwa
pembunuhan itu serta siapakah gerangan pembunuhnya.
Utk keperluan itu, Nabi Musa memohon pertolongan Allah yang segera
menwahyukan perintah kepadanya agar ia menyembelih seekor sapi dan dengan lidah
sapi yang disembelih itu dipukullah mayat sang korban yang dengan izin Allah
akan bangun kembali memberitahukan siapakah sebenarnya yang telah melakukan
pembunuhan atas dirinya.
Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara yang diwahyukan oleh Allah itu
kepada kaumnya ia ditertawakan dan diejek karena akal mereka tidak dapat
menerima bahwa hal yang sedemikian itu boleh terjadi. Mereka lupa bahwa Allah
telah berkali-kali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui mukjizat yang diberikan
kepada Musa yang kadang kala bahkan lebih hebat dan lebih sukar untuk diterima
oleh akal manusia berbanding mukjizat yang mereka hadapi dalam peristiwa
pembunuhan pewaris itu.
Berkata mereka kepada Musa secara mengejek: "Apakah dengan
cara yang engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami bahan
ejekan dan tertawaan orang? Akan tetapi kalau memang cara yang engkau usulkan
itu adalah wahyu, maka cubalah tanya kepada Tuhanmu, sapi betina atau jantankah
yang harus kami sembelih? Dan apakah sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar
kami tidak dapat salah memilih sapi yang harus kami sembelih?"
Musa menjawab: "Menurut petunjuk Allah, yang harus disembelih
itu ialah sapi betina berwarna kuning tua, belum pernah dipakai untuk membajak
tanah atau mengairi tanaman tidak cacat dan tidak pula ada belangnya."
Kemudian dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pd seorang anak yatim piatu yang memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu adalah seorang fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang tekun yang pada saat mendekati waktu wafatnya, berdoalah kepada Allah memohon perlindungan bagi putera tunggalnya yang tidak dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka berkat doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dengan harga yang berlipat ganda karena memenuhi syarat dan sifat-sifat yang diisyaratkan oleh Musa untuk disembelih.
Kemudian dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pd seorang anak yatim piatu yang memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu adalah seorang fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang tekun yang pada saat mendekati waktu wafatnya, berdoalah kepada Allah memohon perlindungan bagi putera tunggalnya yang tidak dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka berkat doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dengan harga yang berlipat ganda karena memenuhi syarat dan sifat-sifat yang diisyaratkan oleh Musa untuk disembelih.
Setelah disembelih sapi yang dibeli dari anak yatim itu,
diambillah lidahnya oleh Nabi Musa, lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yang
seketika bangunlah ia hidup kembali dengan izin Allah, menceritakan kepada Nabi
Musa dan para pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara
sepupunya sendiri.
Demikianlah mukjizat Allah yang kesekian kalinya diperlihatkan
kepada Bani Isra'il yang keras kepala dan keras hati itu namun belum juga dapat
menghilangkan sifat-sifat congkak dan membangkang mereka atau mengikis-habis
bibit-bibit syirik dan kufur yang masih melekat pada dada dan hati mereka.
Ayat-ayat Al-Quran yang mengisahkan pokok cerita di atas, terdapat
dalam surah "Al-Baqarah ayat 67 sehingga 73 sebagaimana tersebut di bawah
ini :~
"67~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya:
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih sapi betina." Mereka
berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan." Musa
menjawab: "Aku berlindung kepada Allah drp menjadi salah seorang dari
orang-orang yang jahil." 68~ Mrk menjawab: "Mohonlah kepada Tuhanmu
untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu? Musa menjawab:
"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina
yang tidak tua dan tidak muda pertengahan antara itu maka kerjakanlah apa yang
telah diperintahkan kepadamu." 69~ Mereka berkata: "Mohonkanlah
kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apakah warnanya.
Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah
sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang
memandangnya." 70~ Mrk berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami
agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena
sesungguhnya sapi itu {masih} samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya-Allah
akan dat petunjuk." 71~ Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman
bahwa sapi betina adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak
tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak cacat, tidak ada
belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan
hakikat sapi betina yang sebenar." Kemudian mereka menyembelihnya dan
hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. 72~ Dan {ingatlah} ketika
kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan
Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. 73~ Lalu Kami
berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina
itu." Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati
dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti." {
Al-Baqarah : 67 ~ 73 }
Nabi Musa A.S. dan Al-Khidir
Pada suatu ketika berpidatolah Nabi Musa di depan kaumnya Bani
Isra'il. Ia berdakwah kepada mereka, memberi nasihat dengan mengingatkan kepada
mereka akan kurnia dan nikmat Allah yang telah dicurahkan kepada mereka yang
sepatutnya diimbangi dengan syukur dan pelaksanaan ibadah yang tulus, melakukan
segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Kepada mereka yang
beriman, bertaat dan bertakwa, Nabi Musa menjanjikan pahala syurga dan bagi
mereka yang mengingkari nikmat Allah diancam dengan seksa api neraka.
Begitu Nabi Musa mengakhiri pidatonya bangunlah di antara para
hadiri bertanya kepadanya: "Wahai Musa, siapakah di atas bumi Allah ini
paling pandai dan paling berpengetahuan?" "Aku", jawab Musa.
Apakah tidak ada kiranya orang yang lebih pandai dan lebih berpengetahuan
daripadamu?" Tanya lagi si penanya itu. "Tidak ada" , ujar Musa
seraya berkata dalam hati kecilnya: " Bukankah aku Nabi terbesar di antara
Bani Isra'il? Aku adalah penakluk Fir'aun, pemegang berbagai mukjizat, yang
telah dapat membelah laut dengan tongkatku dan akulah yang memperoleh
kesempatan bercakap-cakap langsung dengan Tuhan. Maka kemuliaan apa lagi yang
dapat melebihi kemuliaan serta kebesaran yang aku capai itu, yang belum pernah
dialami dan dicapai oleh sesiapa pun sebelum aku."
Rasa sombong dan keunggulan diri yang tercermin dalam kata-kata
Nabi Musa, dicela oleh Allah yang memperingatkan kepadanya bahwa ilmu itu
adalah lebih luas untuk dimiliki oleh seseorang walaupun ia adalah seorang
rasul dan bahwa bagaimana luasnya ilmu dan pengetahuan seseorang, nescaya akan
terdapat orang lain yang lebih pandai dan lebih alim daripadanya. Selanjutnya
untuk melanjutkan kekurangan yang ada pada diri Nabi Musa Allah memerintahkan
kepadanya agar menemui seorang hamba-Nya di suatu tempat di mana dua lautan
bertemu. Hamba yang soleh yang telah diberinya rahmat dan ilmu oleh Allah itu
akan memberi tambahan pengetahuan dan ilmu kepada Nabi Musa sehingga dapat
menjadikan sedar bahwa tiada manusia yang dapat membanggakan diri dengan
mengatakan bahwa akulah orang yang terpandai dan berpengetahuan luas di atas
bumi ini.
Berkata Musa kepada Tuhan: "Wahai Tuhanku, aku akan pergi
mencari hamba-Mu yang soleh itu, bagi memperolehi bunga api ilmunya dan
mendapat titisan air pengetahuan dan ilham yang Engkau telah berikan
kepadanya."
Allah berfirman kepada Musa: "Bawalah seekor ikan didalam sebuah keranjang dalam perjalananmu mencari dia dan ketahuilah bahwa di tempat di mana engkau akan kehilangan ikan di dalam keranjang itu, di situ engkau akan menemui hamba-Ku yang soleh itu." Nabi Musa menyiapkan diri untuk perjalanan yang jauh, didampingi oleh "Yusya' bin Nun" seorang drp para pengikutnya yang setia. Ia membawa bekal makanan dan minuman di antaranya sebuah keranjang yang terisi seekor ikan sesuai dengan petunjuk Allah. Ia berkeras hati tidak akan kembali sebelum ia dapat menemui hamba yang soleh itu walaupun ia harus melakukan perjalanan yang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bila perlu. Ia berpesan kepada teman sepejalanannya Yusya' bin Nun agar segera memberitahu kepadanya bilamana ikan yang di dalam keranjang yang dibawanya itu hilang.
Allah berfirman kepada Musa: "Bawalah seekor ikan didalam sebuah keranjang dalam perjalananmu mencari dia dan ketahuilah bahwa di tempat di mana engkau akan kehilangan ikan di dalam keranjang itu, di situ engkau akan menemui hamba-Ku yang soleh itu." Nabi Musa menyiapkan diri untuk perjalanan yang jauh, didampingi oleh "Yusya' bin Nun" seorang drp para pengikutnya yang setia. Ia membawa bekal makanan dan minuman di antaranya sebuah keranjang yang terisi seekor ikan sesuai dengan petunjuk Allah. Ia berkeras hati tidak akan kembali sebelum ia dapat menemui hamba yang soleh itu walaupun ia harus melakukan perjalanan yang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bila perlu. Ia berpesan kepada teman sepejalanannya Yusya' bin Nun agar segera memberitahu kepadanya bilamana ikan yang di dalam keranjang yang dibawanya itu hilang.
Tatkala Nabi Musa nerserta Yusya' bin Nun sampai di mana dua
lautan bertemu yang telah diisyaratkan dalam firman Allah kepadanya,
tertidurlah ia di atas sebuah batu yang besar yang berada di tepi lautan. Pada
saat ia lagi tidur nyenyak, turunlah hujan rintik-rintik, membasahi seekor di
dalam keranjang itu dan tanpa mereka ketahui melompatlah ikan tersebut itu
masuk ke dalam laut.
Setelah Musa terjaga dari tidurnya, bangunlah mereka meneruskan perjalanan yang tidak menentu arah mahupun tujuan. Dan dalam perjalanan yang sudah agak jauh, berhentilah Musa beristirehat sekadar untuk menghilangkan rasa penatnya seraya meminta dari Yusya bin Nun agar menyiapkan santapannya karena ia sudah sgt lapar. Ketika Yusya bin Nun membuka keranjang untuk mengambil makanan teringatlah olehnya akan ikan yang hilang dan melompat ke dalam laut. Maka berkatalah Yusya' kepada Nabi Musa: "Aku telah dilupakan oleh syaitan untuk memberitahu kepadamu segera, bahwa tatkala engkau berada di atas batu karang sedang tidur nyenyak, ikan kami yang berada di dalam keranjang tiba-tiba hidup kembali setelah kejatuhan air hujan dan melompat masuk ke dalam laut. Sepatutnya aku melapurkan kkepadamu segera, sesuai dengan pesananmu, namun aku dilupakan oleh syaitan."
Setelah Musa terjaga dari tidurnya, bangunlah mereka meneruskan perjalanan yang tidak menentu arah mahupun tujuan. Dan dalam perjalanan yang sudah agak jauh, berhentilah Musa beristirehat sekadar untuk menghilangkan rasa penatnya seraya meminta dari Yusya bin Nun agar menyiapkan santapannya karena ia sudah sgt lapar. Ketika Yusya bin Nun membuka keranjang untuk mengambil makanan teringatlah olehnya akan ikan yang hilang dan melompat ke dalam laut. Maka berkatalah Yusya' kepada Nabi Musa: "Aku telah dilupakan oleh syaitan untuk memberitahu kepadamu segera, bahwa tatkala engkau berada di atas batu karang sedang tidur nyenyak, ikan kami yang berada di dalam keranjang tiba-tiba hidup kembali setelah kejatuhan air hujan dan melompat masuk ke dalam laut. Sepatutnya aku melapurkan kkepadamu segera, sesuai dengan pesananmu, namun aku dilupakan oleh syaitan."
Wajah Nabi Musa berseri-seri menjadi kegirangan mendengar berita
itu dari Yusya' karena telah dapat mengetahui di mana ia akan dapat bertemu
dengan hamba Allah yang dicari itu. Berkata Musa kepada Yusya': "Inilah
tempat yang kami tuju dan disini kami akan menemui orang yang kami cari.
Marilah kami kembali ke tempat batu karang itu yang menjadi tempat tujuan
terakhir dari perjalanan kami yang jauh ini.
Setiba mereka kembali di tempat di mana mereka kehilangan ikan,
mereka melihat seorang bertubuh kurus langsing yang pada wajahnya tampak cahaya
dan iman serta tanda-tanda orang soleh. Ia sedang menutpi tubuhnya dan
pakaiannya sendiri, yang segera disingkapnya ketika mendengar kata-kata salam
Nabi Musa kepadanya.
"Siapakah engkau?" bertanya orang soleh itu. Musa
menjawab: "Aku adalah Musa." Bertanya kembali orang soleh itu:
"Musa, nabi Bani Isra'ilkah?"
"Betul", jawab Musa, seraya bertanya: "Dari manakah engkau mengetahui bahawa aku adalah Nabi Bani Isra'il?"
"Betul", jawab Musa, seraya bertanya: "Dari manakah engkau mengetahui bahawa aku adalah Nabi Bani Isra'il?"
"Dari yang mengutusmu kepadaku", jawab orang soleh itu.
"Inilah hamba Allah yang aku cari", berkata Musa dalam hatinya,
seraya mendekatinya dan berkata kepadanya: "Dapatkah engkau memperkenankan
aku mengikutimu dan berjalan bersamamu ke mana saja engkau pergi sebagai
bayanganmu dan sebagai muridmu? Aku akan mematuhi segala petunjuk dan
perintahmu."
Hamba soleh atau menurut banyak pendapat ahli-ahli tafsir Nabi
Al-Khidhir itu menjawab: "Engkau tidak akan sabar dan tidak dapat menahan
diri bila engkau mengikutiku dan berjalan bersamaku. Engkau akan mengalami dan
melihat hal-hal yang ajaib yang sepintas lalu nampak seakan-akan perbuatan yang
salah dan mungkar namun pada hakikatnya adalah perbuatan benar dan wajar dab
engkau sebagai manusia tidak akan berdiam diri melihatku melakukan perbuatan
dan tingkah laku yang ganjil menurut pandanganmu."
Musa menjawab dengan sikap seorang murid yang ingin belajar dan
menambah pengetahuan : "Insya-Allah engkau akan mendapati aku seorang yang
sabar yang tidak akan melanggar sesuatu perintah atau petunjuk
daripadamu."
Berkata Al-Khidhir kepada Musa: "JIka engkau benar-benar ingin mengikutiku dan berjalan bersamaku maka engkau harus berjanji tidak akan mendahului bertanya tentang sesuatu sebelum aku memberitahukan kepadamu. Engkau harus berjanji bahwa engkau tidak akan menentang segala perbuatan dan tindakan yang aku lakukan dihadapan mu walaupun menurut pandanganmu itu salah dan mungkar. Aku dengan sendirinya memberi alasan dan tafsiran bagi segala tindakan dan perbuatanmu kepadamu kelak pada akhir perjalanan kami berdua."
Berkata Al-Khidhir kepada Musa: "JIka engkau benar-benar ingin mengikutiku dan berjalan bersamaku maka engkau harus berjanji tidak akan mendahului bertanya tentang sesuatu sebelum aku memberitahukan kepadamu. Engkau harus berjanji bahwa engkau tidak akan menentang segala perbuatan dan tindakan yang aku lakukan dihadapan mu walaupun menurut pandanganmu itu salah dan mungkar. Aku dengan sendirinya memberi alasan dan tafsiran bagi segala tindakan dan perbuatanmu kepadamu kelak pada akhir perjalanan kami berdua."
Dengan diterimanya pesyaratan Nabi Al-Khidhir oleh Musa yang
berjanji akan mematuhinya bulat-bulat, maka diajaklah Nabi Musa mengikutinya
dalam perjalanan.
Pelanggaran pertama terhadap persyaratan Al-Khidhir terjadi tatkala mereka sampai di tepi pantai, di mana terdapat sebuah perahu sedang berlabuh. Nabi Al-Khidhir meminta pertolongan pemilik perahu itu, agar menghantar mereka di suatu tempat yang di tuju. Dengan senang hati diangkutlah mereka berdua secara percuma tanpa bayaran bahkan dihormati dan diberi layanan yang baik kerana dilihatnya oleh pemilik perahu bahwa kedua orang itu memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak terdapat pada orang biasa.
Pelanggaran pertama terhadap persyaratan Al-Khidhir terjadi tatkala mereka sampai di tepi pantai, di mana terdapat sebuah perahu sedang berlabuh. Nabi Al-Khidhir meminta pertolongan pemilik perahu itu, agar menghantar mereka di suatu tempat yang di tuju. Dengan senang hati diangkutlah mereka berdua secara percuma tanpa bayaran bahkan dihormati dan diberi layanan yang baik kerana dilihatnya oleh pemilik perahu bahwa kedua orang itu memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak terdapat pada orang biasa.
Tatkala mereka berada dalam perut perahu yang sedang meluncur dengan
lajunya di antara gelombang-gelombang tiba-tiba Musa melihat Al-Khidhir
melubangi perahu itu dengan mengambil dua keping kayunya. Perbuatan mana yang
dianggap oleh Musa suatu gangguan dan pengrusakan bagi milik seseorang yang
telah berbuat baik terhadap mereka.
Musa lupa akan janjinya sendiri dan ditegulah Al-Khidhir dengan
berkata: "Engkau telah melakukan perbuatan mungkar dengan merusak dan
melubangi perahu ini. Apakah dengan perbuatan kamu ini engkau hendak
menenggelamkan perahu ini dengan semua penumpangnya? Tidakkah engkau merasa
kasihan kepada pemilik perahu ini yang telah berjasa kepada kami dan
menghantarkan kami ke tempat yang kami tuju tanpa membayar sesen pun?"
Berkata Al-Khidhir menjawab teguran Musa: "Bukankah aku telah
katakan kepadamu bahawa engkau tidak akan sabar menahan diri melihat
tindak-tandukku di dalam perjalanan menyertaiku."
Musa berkata: "Maafkanlah daku. Aku telah lupa akan janjiku
sendiri. Janganlah aku dipersalahkan dan dimarahi akan kelupaanku."
Permintaan maaf Musa diterimalah oleh Al-Khidhir dan tibalah meeka
berdua di tempat yang dituju di sebuah pantai. Kemudian perjalanan dilanjutkan
di darat dan bertemulah mereka dengan seorang anak laki-laki yang sedang
bermain-main dengan kawan-kawannya. Tiba-tiba dipanggillah anak itu oleh
Al-Khidhir, dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan dibunuhnya
seketika itu. Alangkah terperanjatnya Musa melihat tindakan Al-Khidhir yang
dengan sewenang-wenangnya telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa,
seorang yang mungkin sekali dalam fikiran Musa adalah harapan satu-satunya bagi
kedua orang tuanya.
Musa sebagai Nabi yang diutus oleh Allah untuk memerangi
kemungkaran dan kejahatan tidak dapat berdiam diri melihat Al-Khidhir melakukan
pembunuhan yang tiada beralasan itu, maka ditegurlah ia seraya berkata:
"Mengapa engkau telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa?
Sesungguhnya engkau telah melakukan perbuatan yang mungkar dan keji."
Al-Khidhir menjawab dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku telah berkata kepadamu, bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan dengan aku?"
Al-Khidhir menjawab dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku telah berkata kepadamu, bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan dengan aku?"
Dengan rasa malu mendengar teguran Al-Khidhir itu, berucaplah
Musa: "Maafkanlah aku untuk kedua kalinya dan perkenankanlah untuk aku
meneruskan perjalanan bersamamu dengan pergertian bahwa bila terjadi lagi
perlanggaran dari pihakku untuk kali ketiganya, maka janganlah aku
diperbolehkan menyertaimu seterusnya.Sesungguhnya telah cukup engkau memberi
uzur dan memberi maaf kepadaku."
Dengan janji terakhir yang diterima oleh Al-Khidhir dari Musa
diteruskanlah perjalanan mereka berdua sampai tiba di suatu desa di mana mereka
ingin beristirehat untuk menghilangkan lelah dan penat mereka akibat perjalanan
jauh yang telah ditempuh. Mereka berusaha untuk mendapat tempat penginapan
sementara dan sedikit bahan makanan untuk sekadar mengisi perut kosong mereka,
namun tidak seorang pun dari penduduk desa yang memang terkenal bachil {pelit}
itu yang mahu menolong mereka memberi tempat beristirehat atau sesuap makanan
sehingga dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan desa itu.
Dalam perjalanan Musa dan Al-Khidhir hendak keluar dari desa itu mereka melihat dinding salah satu rumah desa itu nyaris roboh. Segera AL-Khidhir menghampiri dinding itu dan ditegakkannya kembali. Dan secara spontan, tanpa disedar, berkata Musa kepada Al-Khidhir: "Hairan bin ajaib, mengapa engkau berbuat kebaikan bagi orang0orang yang jahat dan pelit ini. Mereka telah menolak untuk memberi kepada kami tempat istirehat dan sesuap makanan untuk perut kami yang lapar. Sepatutnya engkau menuntut upah bagi usahamu menegakkan dinding itu, agar dengan upah yang engkau perolehi itu dapat kami menutupi keperluan makan minum kami."
Dalam perjalanan Musa dan Al-Khidhir hendak keluar dari desa itu mereka melihat dinding salah satu rumah desa itu nyaris roboh. Segera AL-Khidhir menghampiri dinding itu dan ditegakkannya kembali. Dan secara spontan, tanpa disedar, berkata Musa kepada Al-Khidhir: "Hairan bin ajaib, mengapa engkau berbuat kebaikan bagi orang0orang yang jahat dan pelit ini. Mereka telah menolak untuk memberi kepada kami tempat istirehat dan sesuap makanan untuk perut kami yang lapar. Sepatutnya engkau menuntut upah bagi usahamu menegakkan dinding itu, agar dengan upah yang engkau perolehi itu dapat kami menutupi keperluan makan minum kami."
Al-Khidhir menjawab: "Wahai Musa, inilah saat untuk kami
berpisah sesuai dengan janjimu yang terakhir. Cukup sudah aku memberimu
kesempatan dan uzur. Akan tetapi sebelum kami berpisah , akan aku berikan
kepadamu tujuan serta alasan-alasan perbuatan-perbuatanku yang engkau rasakan
tidak wajar dan kurang patut."
"Ketahuilah hai Musa", Al-Khidhir melanjutkan
huraiannya,"bahawa pengrusakan bahtera yang kami tumpangi itu adalah
dimaksudkan untuk menyelamatkannya dari pengambil-alihan oleh seorang raja yang
zalim yang sedang mengejar di belakang bahtera itu. Sedang bahtera itu adalah
milik orang-orang fakir-miskin yang digunakan sebagai sarana mencari nafkah
bagi hidup mereka sehari-hari. Dengan melubangi yang aku lakukan dalam bahtera
itu, si raja yang zalim itu akan berfikir dua kali untuk merampas bahtera itu
yang dianggapnya rusak dan berlubang itu. Maka perbuatanku yang pada lahirnya
adalah pengrusakan milik orang, namun tujuannya ialah menyelamatkannya dari
tindakan perampasan sewenang-wenangnya."
"Adapun tentang anak yang aku bunuh itu ialah bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya dari gangguan anak yang durhaka itu. Kedua orang tua anak itu adalah orang-orang yang mukmin, soleh dan bertakwa yang aku khuatirkan akan menjadi tersesat dan melakukan hal-hal yang buruk karena dorongan anaknya yang durhaka itu. Aku harapkan dengan matinya anak itu Allah akan mengurniai anak pengganti yang soleh dan berbakti kepada mereka berdua."
"Adapun tentang anak yang aku bunuh itu ialah bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya dari gangguan anak yang durhaka itu. Kedua orang tua anak itu adalah orang-orang yang mukmin, soleh dan bertakwa yang aku khuatirkan akan menjadi tersesat dan melakukan hal-hal yang buruk karena dorongan anaknya yang durhaka itu. Aku harapkan dengan matinya anak itu Allah akan mengurniai anak pengganti yang soleh dan berbakti kepada mereka berdua."
Sedang mengenai dinding rumah yang ku perbaiki dan ku tegakkan
kembali itu adalah karena dibawahnya terpendam harta peninggalan milik dua
orang anak yatim piatu. Ayah mereka adalah orang yang soleh ahli ibadah dan
Allah menghendaki bahwa warisan yang ditinggalkan untuk kedua anaknya itusampai
ketangan mereka selamat dan utuh bila mereka sudah mencapai dewasanya, sebagai
rahmat dari Tuhan serta ganjaran bagi ayah mereka yang soleh dan bertakwa
itu."
"Demikianlah wahai Musa, apa yang ingin engkau ketahui
tentang tujuan tindakan-tindakanku yang sepintas lalu engkau anggap buruk dan
melanggar hukum. Semuanya itu telah kulakukan bukan atas kehendakku sendiri
tetapi atas tuntunan wahyu Allah kepadaku."
Kisah Musa dan Al-Khidir ini dapat dibaca dalam surah
"Al-Kahfi" ayat 60 sehingga ayat 82 yang bermaksud :~
"60~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada muridnya:
"Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah
lautan atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun." 61~ Maka tatkala
mereka sampai ke pertemuan dua laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan
itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. 62~ Maka tatkala mereka berjalan
lebih jauh berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita
sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini." 63~
Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di
batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu dan
tidaklah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu
mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali." 64~ Musa
berkata: "Itulah tempat yang kita cari." Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka sendiri. 65~ Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di
antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi
Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. 66~ Musa
berkata Al-Khidhir: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan
kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu?" 67~ Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sesekali kamu tidak
akan sanggup sabar bersamaku, 68~ dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu,
yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" 69~
Musa berkata: "Insya-Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang
sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun." 70~ Dia
berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku
tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu." 71~
Maka berjalanlah keduanya, hingga keduanya menaiki perahu, lalu Al-Khidhir
melubanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melubangi perahu itu yang
akibatnya kamu menenggelamkan penumpamgnya?" Sesungguhnya kamu telah
berbuat sesuatu kesalahan yang besar. 72~ Dia {Al-Khidhir} berkata:
"Bukankah aku telah katakan: "Sesungguhnya kamu sesekali tidak akan
sabar bersama dengan aku." 73~ Musa berkata: "Janganlah kamu
menghukum aku kerana kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu
kesulitan dalam urusanku," 74~ Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala
keduanya berjumpa dengan seorang pemuda maka Al-Khidhir membunuhnya. Musa
berkata : "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan kerana dia membunuh
orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar." 75~
Al-Khidhir berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya
kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" 76~ MUsa berkata: "Jika aku
bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah {kali ini} maka janganlah kamu
memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur
padaku." 77~ Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada
penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mahu menjamu mereka
kemudian keduanya dapati dalam negeri itu ada dinding rumah yang hampir roboh,
maka Al-Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mahu
nescaya kamu akan mengambil upah untuk itu." 78~ Al-Khidhir berkata :
"Inilah perpisahan antara aku dengan kamu kelak akan ku beritahukan
kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
79~ Adapun bahter itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut
dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu kerana di hadapan mereka ada seorang
raja yang merampas tiap-tiap bahtera. 80~ Dan ada pun anak muda itu maka kedua
orang tuanya adlah orang-orang mukmin dan kami khuatir bhe dia akan mendorong
kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. 81~ Dan kami menghendaki
supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik
kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya {kepada
ibubapanya}. 82~ Adapun dinding rumah itu kepunyaan dua orang anak muda yang
yatim di kota itu sedang ayahnya adalah seorang yang soleh, maka Tuhanmu
menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan
simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu dan bukanlah aku melakukannnya itu
menurut kemahuanku sendiri. Demikianlah itu adlah tujuan perbuatan-perbuatan
yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya." { Al-Kahfi : 60 ~ 82 }
Nabi Musa A.S. dan Qarun si kaya raya
Qarun adalah nama seorang drp kaum Nabi Musa dan keluarganya yang
dekat. Ia dikurniai Allah kelapangan rezeki dan kekayaan harta benda yang besar
yang tidak ternilai bilangannya. IA hidup mewah, selalu mujur dalam usahanya
mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi padatlah khazanahnya dengan harta benda
dan benda-2 yang sgt berharga. Sampai-2 para juru kuncinya tidak berdaya
membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya karena sgt byk dan beratnya. Ia
hidup secara mewah dan menonjol di antara kaum dan penduduk kotanya.
Segala-galanya adlah luar biasa dan lain drp yang lain. Gedung-2 tempat
tinggalnya ,pakaiannya sehari-hari ,pelayan-2nya dan hamba-2 sahayanya yang
bilangannya melebihi keperluan. Dan walaupun ia tenggelam dalam lautan
kenikmatan duniawi yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih belum puas
dengan tingkat kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha mengisi khazanahnya
yang sudah padat itu, sifat mausia yang serakah yang tidak akan pernah puas
dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia sudah memiliki segantang emas ia ingin
memperolhi segantang yang kedua dan demikian seterusnya.
Sebagaimana halnya dengan kebykan orang-orang kaya yang telah
dimabukkan oleh harta bendanya maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia
mempunyai kewajiban sosial dengan harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya
hanya memikirkan kesenangan dan kesejahteraan peribadinya, memikirkan bagaimana
ia dapat menambahkan kekayaannya yang sudah melimpah-limpah itu. Ia telah
dinasihati oleh pemuka-2 kaumnya agar ia menyediakan sebahagian daripada
kekayaannya bagi menolong para fakir miskin, menolong orang-orang yang
telanjang yang tidak berpakaian dan lapar tidak dapat makanan. Ia diperingatkan
bahwa kekayaan yang ia perolehi itu adalah kurniaan dari Tuhan yang harus
disyukuri dengan beramal kebajikan terhadap sesama manusia dan melakukan
perbuatan-2 yang dapat meringankan penderitaan orang-orang yang ditimpa musibah
atau menderita cacat. Diperingatkan bahwa Allah yang telah memberinya rezeki
yang luas itu dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban
sosialnya.
Nasihat yang baik dan peringatan yang jujur yang dikemukakan oleh
pemuka-pemuka kaumnya itu tidak diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat tempat
didalam hatinya.Ia bahkan merasa bahwa karena kekayaannya ialah yang harus
memberi nasihat dan bukan menerima nasihat. Orang harus tunduk kepadanya,
mematuhi perintahnya, mengiakan kata-katanya dan membenarkan segala tindak
tanduknya. IA menyombongkan diri dengan mengatakan kepada orang-orang yang
memberikan nasihat itu bahwa kekayaan yang ia miliki adalah semata-mata hasil
jerih payahnya dan hasil kecekapan dan kepandaiannya berusaha dan bukan
merupakan kurnia atau pemberian dari sesiapa pun. Karenanya ia bebas
menggunakan harta kekayaannya menurut kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa
terikat oleh kewajipan sosial berupa pertolongan dan bantuan kepada para fakir
miskin dan para penderita yang memerlukan bantuan dan pertolongan.
Sebagai tentangan bagi para orang yang menasihatinya, Qarun makin
meningkatkan cara hidup mewahnya dan secara menyolok mempamerkan kekayaannya
dengan berlebih-lebihan. Bila ia keluar, Ia mengenakan pakaian dan perhiasan
yang bergemerlapan, membawa pengantar dan pembantu lebih banyak daripada
biasanya dan mengenderai kuda-kuda yang dihiasi dengan indah dan cantik.
Kemewahan yang ditonjolkan secara menyolok itu ,merasakan iri-hati dikalangan
penduduk terutama mereka yang masih lemah imannya. Mereka berbisik-bisik
diantara sesama mereka mengeluh dengan berkata: "Mengapa kami tidak diberi
rezeki dan kenikmatan seperti yang telah diberikan kepada Qarun? Alangkah
mujurnya nasib Qarun dan alangkah bahagianya dia dalam hidupnya di dunia ini!
Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yang besar itu kepada Qarun yang tidak
mempunyai rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang melarat dan sengsara,
orang-orang yang fakir dan miskin yang memerlukan pertolongan berupa pakaian
mahupun makanan.Dimanakah letak keadilan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Pengasih itu?"
Qarun yang tidak mengabaikan anjuran orang, agar ia secara
sukarela menyediakan sebahagiaan harta kekayaannya untuk disedekahkan kepada
orang-orang yang memerlukannya, melarat dan miskin akhirinya didatangi oleh Nabi
Musa menyampaikan kepadanya bahwa Allah telah mewahyukan perinyah berzakat bagi
tiap-tiap orang yang kaya dan berada. Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa
dalam harta kekayaan tiap ada bahagian yang telah ditentukan oleh Tuahn sebagai
hak orang-orang yang melarat dan fakir miskin yang wajib diserahkan kepada
mereka.
Qarun merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan
menyatakan keraguan dan kesangsian kepada Musa. Ia berkata: "Hai MUsa kami
telah membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama barumu. Kami telah
menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala kata-katamu. Sikap kami yang
lunak itu terhadap dirimu telah memberanikan engkau bertindak lebih jauh dari
apa yang sepatutnya dan mulailah engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau
rupanya ingin juga menguasai harta kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu
hati dan fikiran kami sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini
engkau telah membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya
seorang pendusta dan ahli sihir belaka."
Tuduhan Qarun yang ingin melepaskan dirinya dari wajib berzakat
itu ditolak oleh Nabi Musa yang menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat iut
tidak dapat ditawar-tawar dan harus dilaksanakan karena ia adalah perintah
Allah yang harus ditaati dan dilaksanakan dengan semestinya.
Quran tidak dapat jalan untuk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah berbantah dan berdebat dengan Musa maka ia menyerah dan ditentukan berapa besar yang harus ia keluarkan zakat harta kekayaannya.
Quran tidak dapat jalan untuk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah berbantah dan berdebat dengan Musa maka ia menyerah dan ditentukan berapa besar yang harus ia keluarkan zakat harta kekayaannya.
Setelah tiba di rumah dan menghitung-hitung bahagian yang harus
dizakatkan dari harta miliknya Qarun merasa terlampau besar yang harus
dizakatkan dan merasa sayang bahwa ia harus mengeluarkan dari khazanahnya
sejumlah wang tanpa meperolehi imbalan sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya
fikir dan timbang punya timbang akhirnya Qarun mengambil keputusan untuk tidak
akan mengeluarkan zakat walau apapun yang akan terjadi akibat tindakannya itu.
Utk menguatkan aksi pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan
zakat, Qarun menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa dengan maksud menarik orang
agar menjadikan penunjang aksinya dan mengikutinya menolak menolak kewajiban
mengeluarkan zakat sebagaimana diperintahkan oleh Nabi Musa. Ia menyebarkan
fitnah seolah-olah Nabi Musa dengan dakwahnya dan penyiaran agama barunya
bertujuan ingin memperkayakan diri dan bahwa perintah zakatnya itu adalah
merupakan cara perampasan yang halus terhadap milik-milik para pengikutnya.
Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya,
Qaru bersekongkol dengan seorang wanita yang diajarinya agar mengaku didepan
umum bahwa ia telah melakukan perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi Allah
tidak rela nama Rasul-Nya tercemar oleh tuduhan palsu yang diaturkan oleh Qarun
itu. Maka digerakkanlah hati wanita sewaannya itu untuk mengatakan keadaan yang
sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan kepada Nabi Musa adalah fitnahan dan
ajaran Qarun semata-mata dan bahawasannya Musa adalah bersih dari perbuatan
yang dituduh itu.
Setelah ternyata bagi Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad baik
dan bahwa ia tidak dapat diharap menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi
perintah-2 Allah terutama perintah wajib zakat bahkan ia dapat merusakkan
akhlak dan iman para pengikut Musa dengan sikap dan cara hidupnya yang
berlebih-lebihan mewahnya, ditambahkan pula usahanya yang tidak henti-2
merusakkan kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan fitnahan dan berbagai
hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu berdoa ia kepada Allah agar
menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang sombong dan congkak itu, agar menjadi
pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yang sudah mulai goyah imannya melihat
kenikmatan yang berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan kepada Qarun yang
membangkang itu.
Maka dengan izin Allah yang telah memperkenankan doa Nabi Musa
terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di atas mana terletak bangunan
gedung-gedung yang mewah tempat tinggal Qarun dan tempat penimbunan
kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun hidup-hidup berserta semua milik
kekayaan yang menjadi kebaggaannya.
Peristiwa yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi
ibrah bagi pengikut-2 Nabi Musa serta ubat rohani bagi mereka yang beriri hati
dan mendambakan kenikmatan dan kemewahan hidup sebagaimana yang telah dialami
oleh Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah: "Sekiranya Allah
telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, nescaya kami dibenamkan pula seperti
Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan duniawinya. Sesungguhnya kami telah
tersesat ketika kami beriri hati dan mendambakan kekayaannya yang membawa
binasa baginya. Aduhai benar-2 tidaklah beruntung orang-orang yang mengingkari
nikmat Allah."
Isi cerita tersebut di atas dapat dibaca dalam surah
"Qashash" ayat 76 sehingga 82 dan surah "Al-Ahzaab" ayat 69
sebagaimana berikut :~
"76~Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap mereka dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-nya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-2. {Ingatlah{ ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri." 77~ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan kepada mu {kebahagiaan} negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari {kenikmatan} duniawi dan berbuat baiklah {kepada orang lain} sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakkan di {muka} bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakkan. 78~ Qarun berkata: "Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allah sungguh telah membinasakan umat-2 sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. 79~ Mak keluarlah Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: " Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun , sesungguhnya ia benar-benar mempunyai peruntungan yang besar." 80~ Berkatalah orang-orang yang telah dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebihbaik bagi orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar." 81~ Mak Kami benamkan Qarun berserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang {yang dapat} membela {dirinya}. 82~ Dan jadilah orang-orang yang kelmarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata: "aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia {Allah} telah membenamkan kita {pula}. Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari {nikmat} Allah." { Al-Qashash : 76 ~ 82 }
"76~Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap mereka dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-nya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-2. {Ingatlah{ ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri." 77~ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan kepada mu {kebahagiaan} negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari {kenikmatan} duniawi dan berbuat baiklah {kepada orang lain} sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakkan di {muka} bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakkan. 78~ Qarun berkata: "Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allah sungguh telah membinasakan umat-2 sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. 79~ Mak keluarlah Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: " Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun , sesungguhnya ia benar-benar mempunyai peruntungan yang besar." 80~ Berkatalah orang-orang yang telah dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebihbaik bagi orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar." 81~ Mak Kami benamkan Qarun berserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang {yang dapat} membela {dirinya}. 82~ Dan jadilah orang-orang yang kelmarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata: "aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia {Allah} telah membenamkan kita {pula}. Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari {nikmat} Allah." { Al-Qashash : 76 ~ 82 }
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti
orang-orang yang menyakiti Musa maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan
yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat
di sisi Allah." { Al-Ahzaab : 69 }
Thalout diangkat sebagai raja Bani Isra'il
Setelah Bani Isra'il memasuki Palestin dan menguasainya di bawah
pimpinan Yusya bin Nun mereka selalu menjadi sasaran penyerbuan dan serangan
dari bangsa-2 sekelilingnya, seperti suku Amaliqah dari bangsa Arab, bangsa
Palestin sendiri dan bangsa Aramiyin. Kemenangan dan kekalahan di antara meeka
silih berganti.
Pada suatu waktu datanglah bangsa Palestin penduduk
"Usydud" suatu daerah dekat Gaza menyerbu dan menyerang mereka dan
terjadilah pertempuran yang berakhir dengan kemenangan bangsa Palestin yang
berhasil, mencerai-beraikan Bani Israil dan merampas benda keramat mereka yang
bernama "Tabout", yaitu sebuah peti tempat penyimpanan kitab Taurat.
Peti yang disebut Tabout itu adlah merupakan salah satu dari
banyak kurnia yang telah diberikan oleh Allah kepada Bani Isra'il. Mereka
menganggap Tabout itu suatu benda keramat yang dapat menginspirasikan kekuatan
dan keberanian kepada mereka dikala menghadapi musuh. Maka karenanya dalam tiap
medan perang dibawanyalah Tabout itu untuk memberi kekuatan batin dan semangat
juang bagi mereka memberi rasa berani bagi mereka dan rasa takut bagi musuh.
Maka dengan dirampasnya Tabout itu oleh bangsa Palestin hilanglah pegangan
mereka dan berantakanlah barisannya, retaklah kesatuannya sehingga menjadi
laksana binatang ternakan yang ditinggalkan gembalanya.
Dan memang sejak ditinggalkan oleh Nabi Mua, Bani Isra'il tidak
mempunyai seorang raja atau seorang pemimpin yang berwibawa yang dapat mengikat
mereka di bawah satu bendera dan menghimpun mereka di bawah satu komando bila
terjadi serangan dari luar dan penyerbuan oleh musuh. Mereka hanya dipimpin
oleh hakim-hakim penghulu yang memberi tuntunan kepada mereka dalam bidang
keagamaan dan kadangkala menjadi juru damai jika timbul perselisihan dan
sengketa di antara sesama mereka. Di antara penghulu itu terdapat seorang
penghulu yang paling disegani dan di hormati bernama Somu'il. Kata-katanya
selalu didengar dan nasihat-2nya selalu diterima dan ditaati.
Kepada Somu'il datanglah beberapa pemuda Bani Isra'il yang merasa
sedih melihat keadaan kaumnya menjadi kacau bilau dan bercerai berai setelah
dikalahkan oleh bangsa Palestin dan dikeluarkan dari negeri mereka serta
dirampasnya Tabout yang merupakan peti wasiat dan benda keramat bagi mereka.
Mereka mengutarakan kepada Samu'il bahwa mereka memerlukan seorang pemimpin
yang kuat yang berwibawa dan mempunyai kekuasaan sebagai seorang raja untuk
menghimpun mereka dan seterusnya menjadi panglima perang.
Samu'il yang mengenal baik watak mereka dan titik-titik kelemahan
serta sifat-2 licik dan pembangkang yang meletak pada diri mereka berkata:
"Aku khuatir bahwa kamu akan takut dan enggan bertempur melawan musuh bila
kepadamu diperintahkan untuk berperang menghalau musuh dari negerimu."
Mereka menjawab: "Bagaimana kami menolak perintah semacam itu
dan enggan maju bertempur melawan musuh sedangkan kami telah dihina diusir dari
rumah-rumah kami dan dipisahkan dari sanak keluarga kami. Bukankah suatu hal
yang memalukan dan menurun darjat kami sebagai bangsa, bila dalam keadaan yang
sedang kami alami ini, kami masih juga enggan berperang melawan musuh yang
datang menyerang dan menyerbu daerah kami. Kami akan maju dan tidak akan gentar
masuk dalam medan perang, asalkan saja kami akan dapat pimpinan dari seorang
yang cekap, berani serta berwibawa sehingga komandonya dan segala perintahnya
akan dipatuhi oleh kaum kami semuanya."
Somu'il berkata: "Jika demikian ketetapan hatimu dan demikian
pula keinginanmu untuk memperoleh seorang raja yang akan memimpin dan
membimbing kamu , maka berilah waktu kepadaku untuk beristikharah memohon
pertolongan Allah menunjukkan kepadaku seseorang yang patut dan layak menjadi
raja bagimu."
Di dalam istikharahnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk dari Allah, agar ia memilih serta mengangkat seorang yang bernama "Thalout" menjadi raja Bani Isra'il. Dan walaupun ia belum pernah mendengar nama itu atau mengenalkan orangnya Allah akan memberinya jalan dan tanda-tanda yang akan memungkinkan ia bertemu muka dengan orang itu dan mengenalinya dengan segera.
Di dalam istikharahnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk dari Allah, agar ia memilih serta mengangkat seorang yang bernama "Thalout" menjadi raja Bani Isra'il. Dan walaupun ia belum pernah mendengar nama itu atau mengenalkan orangnya Allah akan memberinya jalan dan tanda-tanda yang akan memungkinkan ia bertemu muka dengan orang itu dan mengenalinya dengan segera.
Thalout adalah seorang berbadan gemuk dan jangkung, tegak, kuat
dan berparas tampan. Dari pancaran kedua matanya orang dapat mengetahui bahwa
ia adalah seorh yang cerdik, cekap dan bijaksana, memiliki hati yang tabah dan
berani. IA hidup dan bertempat tinggal di sebuah desa yang agak terpencil
sehingga tidak banyak dikenal orang Ia hidup bersama ayahnya bercucuk tanam dan
memelihara haiwan ternak.
Pada suatu hari di kala Thalout sedang sibuk bersama ayahnya menguruskan tanah ladangnya terlepaslah dari kadang seekor keldai dari haiwan-2 peliharaannya dan menghilang sesat. Pergilah Thalout bersama seorang bujangnya mencari keldai yang hilang itu di celah-2 lembah dan bukit-2 di sekitar desanya, namun tidak berhasil menemukan kembali haiwan yang terlepas itu. Akhirnya ia mengajak bujangnya kembali karena khuatir ayahnya akan menjadi gelisah bila ia lebih lama meninggalkan rumahnya mencari keldai yang hilang itu.
Pada suatu hari di kala Thalout sedang sibuk bersama ayahnya menguruskan tanah ladangnya terlepaslah dari kadang seekor keldai dari haiwan-2 peliharaannya dan menghilang sesat. Pergilah Thalout bersama seorang bujangnya mencari keldai yang hilang itu di celah-2 lembah dan bukit-2 di sekitar desanya, namun tidak berhasil menemukan kembali haiwan yang terlepas itu. Akhirnya ia mengajak bujangnya kembali karena khuatir ayahnya akan menjadi gelisah bila ia lebih lama meninggalkan rumahnya mencari keldai yang hilang itu.
Berkata sang bujang kepada Thalout: "Kami sekarang sudah
berada di daerah Shuf tempat dimana Somu'il berada. Alangkah baiknya kalau kami
pergi kepadanya menanyakan kalau-2 ia dapat memberikan keterangan dan petunjuk
kepada kami di mana kiranya kami dapat menemukan keldai kami itu. Ia adalah
seorang nabi yang menerima petinjuk dari Tuhannya melalui para malaikat dan dia
telah banyak kali mengungkapkan hal-hal ghaib yang ditanyakan oleh orang
kepadanya."
Thalout menerima baik cadangan bujangnya dan berangkatlah mereka
berdua menuju tempat tinggal Somu'il. Di tengah-2 perjalanan, mereka bertanya
kepada beberapa gadis yang ditemuinya sedang menimpa air dari sebuah perigi:
"Di manakah tempat tinggal Nabi Somu'il?" "Tidak usah kamu
cepat-2 meneruskan perjalananmu. Somu'il sebentar lagi akan datang ke sini. Ia
sedang ditunggu kedatangannya di atas bukit oleh rakyat tempat itu." Para
gadis itu menjawab.
Ternyata bahawa belum selesai para gadis itu memberikan
keteranagnnya, muncullah Somu'il dengan wajahnya yang berseri-seri memancarkan
cahaya kenabian dan kealiman yang mengesahkan.
Thalout segera mendekati Somu'il dan setelah saling pandang
memandang, berkatalah Thalout: "Wahai Nabi Allah, kami datang menemui
bapak untuk memohon pertolongan yaitu dapatkah kiranya kami diberi keterangan
dan petunjuk di manakah kami dapat menemukan kembali keldai kami yang telah
terlepas dari kandang dan menghilang tidak kami temukan jejaknya walaupun sudah
tiga hari kami berusaha mencarinya."
Somu'il setelah memandang wajah Thalout dengan teliti sedarlah ia
bahwa inilah orangnya yang oleh Allah ditunjuk untuk menjadi raja pemimpin dan
penguasa Bani Isra'il. Ia berkata kepada Thalout: "Keldai yang engaku cari
itu sedang berada dalam perjalanan kembali ke kandangnya di tempat ayahmu.
Janganlah engkau rungsingkan fikiranmu dan ributkan dirimu dengan urusan keldai
itu. Kerana aku memang mencarimu dan ingin menemuimu untuk urusan yang lebih
besar dan lebih penting dari soal keldai. Engaku telah dipilih oleh Allah untuk
memimpin Bani Isra'il sebagai raja, mempersatukan barisan mereka yang sudah
kacau-balau serta membebaskan mereka dari musuh-musuh yang sedang menyerbu dan
menduduki negeri mereka. Dan insya-Allah Tuhan akan menyertaimu memberi
perlindungan kepadamu dan mengurniakan kemenangan dan kemujuran dalam segala
sepak terajangmu."
Thalout menjawab: "Bagaimana aku dapat menjadi seorang raja
dan pemimpin Bani Isra'il sedang aku ini seorang dusun anak cucu Benyamin yang
paling papa, terasing dari pengaulan orang ramai, seorang anak tani dan
penggembala haiwan yang tidak dikenal orang?"
Berkata Somu'il: "Itu adlah kehendak Allah dan perintah-Nya.
Dan lebih tahu pada siapa Ia meletakkan amanat dan tugas-tugas-Nya. Dialah yang
menugaskan dan Dia pulalah yang akan melengkapi segala kekuranganmu.
Bersyukurlah engkau atas nikmat dan kurniaan Allah ini. Terimalah tugas suci
ini dengan keteguhan hati dan kepercayaan penuh akan pertolongan dan
perlindungan Allah kepadamu."
Kemudian dipeganglah tangan Thalout, diangkatnya keatas seraya
menghadap kepada kaumnya dan berkata: " Wahai kaumku, inilah orangnya yang
oleh Allah telah dipilih untuk menjadi rajamu. Ia berkewajiban memimpin kamu
dan mengurus segala urusanmu dengan sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya dan
kamu berkewajiban taat kepadanya, mematuhi segala perintahnya dan berdiri tegak
di belakang komandinya. Bersatu padulah kamu di bawah bendera raja Thalout dan
bersiap-siaplah untuk berjuang melawan musuh-musuhmu."
Bani Isra'il yang sedang berkumpul mengerumuni somu'il
mendengarkan pidato pelantikannya mengangkat Thalout sebagai raja, tercengang
dan terkejut dan dengan mulut ternganga mereka melihat satu kepada yang lain,
berpindahan pandangan mereka dari wajah Somu'il ke wajah thalout yang
menandakan kehairanan dan ketidak-puasan dengan pengangkatan itu. Selintas pun
tidak terfikir oleh mereka bahwa seorang seperti Thalout yang papa dan miskin
dan tidak dikenal orang ialah yang akan dipilih oleh Somu'il soal pemilihan dan
pengangkatan seorang raja bagi mereka.
Berkata mereka kepada Somu'il: "Bagaimana seorang seperti
Thalout ini akan dapat memimpin kami sebagai raja padahal ia seorang yang
miskin yang tidak dikenal orang dan pergaulan sehari-harinya hanya terbatas
didesanya. selain ituia bukannya dari keturunan "Lawi" yang
menurunkan para nabi Bani Israil, juga bukan dari keturunan "Yahuda"
yang menurunkan raja-raja Bani Isra'il sejak dahulu kala. Ia pun tidak memiliki
pengalaman dan kecekapan yang diperlukan oleh seorang raja untuk mengurus serta
mempertahankan kerajaannya. Mengapa tidak dipilih sahaja seorang drp mereka
yang berada di kota yang pandai-pandai, berpengalaman dan berkeadaan
cukup?"
berkata Somu'il menanggapi keberatan-2 yang dikemukakan oleh
kaumnya: "Pengurusan kerajaan dan pemimpin perang tidak memerlukan
kebangsawanan atau kekayaan. Ia memerlukan kecekapan, kebijaksanaan, kecerdasan
berfikir dan kecekatan bertindak. sifat-2 itu terdapat dalam dir Thalout di
samping ia memiliki tubuh yang kuat, perawakan tg tegap dan kekar serta paras
muka yang tampan yang memberi kesan baik bagi orang-orang yang menghadapinya.
Selain itu semuanya, ia adalah pilihan dan tunjukan Allah Yang Maha Mengetahui
dan Maha Mengenal hamba-hamba-Nya. Maka tidak patutlah kami memilih orang lain
setelah Allah menjatuhkan pilihan-Nya."
"Baiklah", kata mereka, "Jika yang demikian itu
pilihan dan kehendak Allah, maka kami tidak dapat berbuat lain selain meneriam
kenyataan ini. Akan tetapi untuk menghilangkan keragu-raguan kami tentang diri
Thalout, berilah kepada kami suatu tanda yang dapat menyakinkan kami bahwa
Thalout benar-benar pilihan Allah."
Somu'il menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengetahui watak
dan tabiat kamu yang kaku dan keras kepala. Imanmu tidak berada di dalam hati
tetapi di kelopak mata. Kamu tidak mempercayai sesuatu tanpa bukti yang dapat
kamu rasa dengan pancaindera kamu. Maka sebagai bukti bahwa Allah merestui
pengangkatan Thalout menjadi raja kamu, ialah bahawa kamu akan menemukan
kembali peti keramatmu "Tabout" yang telah hilang dan dirampas oleh
bangsa Palestin. Kamu akan menemukan itu datang kepadamu dibawa oleh malaikat.
Pergilah kamu keluar kota sekarang juga untuk menerimanya."
Setelah ternyata bagi mereka kebenaran kata-kata Somu'il dengan
ditemuinya kembali Tabout yang sudah tujuh bulan berada di tangan orang-orang
Palestin itu, maka diterimalah pengangkatan Thalout sebagai raja mereka dengan
memberikan bai'at kepadanya dan janji akan taat serta mematuhi segala nasihat
dan perintahnya.
Raja Thalout
Tugas pertama yang dilakukan oleh thalout setelah dinobatkan
sebagai raja ialah menyusun kekuatan dengan menghimpunkan para pemuda dan
orang-orang yang masih kuat untuk menjadi tentera yang akan mengahdapi bangsa
Palestin yang terkenal kuat dan berani.
Ia menyusun bala tenteranya dari orang-orang yang masih kuat,
tidak mempunyai tanggungan keluarga, tidak mempunyai ikatan-2 dagang usaha
sehingga dapat membulatkan tekadnya untuk berjuang dan memusatkan fikiran dan
tenaga bagi mencapai kemenangan dna menghalaukan musuh dari negeri mereka
dengan semangat yang teguh yang tidak tergoyahkan. Sebagai ujian untuk
mengetahui sampai sejauh mana rakyatnya atau barisan tenteranya yang disusun
itu berdisiplin mengikuti komando dan perintahnya, Thalout berkata mereka: "Kamu
dalam perjalananmu di bawah terik panasnya matahari akan melalui sebuah sungai.
Maka barang siapa di antara kamu minum dari air sungai itu, ia bukan pengikutku
yang setia yang dapat kupercayai kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya.
Sebaliknya barangsiapa di antara kamu yang hanya menciduk air sungai itu
seciduk tangan untuk sekadar membasahi kerongkongannya, maka ia ialah seorang
pengikutku dan tentera yang benar-benar dapat kuandalkan keberaniannya dan
kedisiplinannya."
Ternyata apa yang dikhuatirkan oleh Thalout telah terjadi dan
menjadi kenyataan. Setiba barisan tentera Thalout di sungai yang dimaksudkan
itu, hanya sebahagian kecil sahajalah dari mereka yang berdisiplin mengikuti
petunjuk Thalout secara tepat. Sedang bahagian yang besar tidak dapat bersabar
menahan dahaganya dan minumlah mereka dari air sungai itu sepuas-puas hatinya.
Walaupun telah terjadi pelanggaran disiplin oleh sebahagian besar dari anggota tenteranya, thalout tetap berkeras hati melanjutkan perjalanannya menuju ke medan perang dg pasukan yang tidak bersatu padu dan berdisiplin sebagaimana ia menduga dan mengharapkannya. Ia hanya bersandar dan mengandalkan kekuatan tenteranya kepada bahagian kecil yang sudah ternyata setia dan patuh kepada perintah dan petunjuknya. Sedang terhadap mereka yang sudah melanggar perintahnya dan minum dari air sungai itu, Thalout bersikap sabar, lunak dan bijaksana untuk menghindari keretakan di dalam barisan tenteranya sebelum menghadapi musuh.
Walaupun telah terjadi pelanggaran disiplin oleh sebahagian besar dari anggota tenteranya, thalout tetap berkeras hati melanjutkan perjalanannya menuju ke medan perang dg pasukan yang tidak bersatu padu dan berdisiplin sebagaimana ia menduga dan mengharapkannya. Ia hanya bersandar dan mengandalkan kekuatan tenteranya kepada bahagian kecil yang sudah ternyata setia dan patuh kepada perintah dan petunjuknya. Sedang terhadap mereka yang sudah melanggar perintahnya dan minum dari air sungai itu, Thalout bersikap sabar, lunak dan bijaksana untuk menghindari keretakan di dalam barisan tenteranya sebelum menghadapi musuh.
Tatkala mereka tiba di medan perang dan berhadapan dengan musuh,
sebahagian drp pasukan Thalout ialah mereka yang telah melanggar disiplin dan
minum dari air sungai, merasa kecil hati dan ketakutan melihat pasukan musuh
yang terdiri dari orang-orang kuat dan besar-besar dengan peralatan yang lebih
lengkap dan jumlah tentera yang lebih besar di bawah pimpinan seorang komandan
bernama "Jalout".
Jalout, panglima komandan pasukan musuh terkenal seorang panglima
yang berani, cekap dan terkenal tidak pernah kalah dalam peperangan. Tiap orang
yang berani bertarung dengan dia pasti jatuh terbunuh. Namanya telah
menimbulkan rasa takut dan kecil hati pada bahagian besar dari pasukan Thalout.
berkata mereka kepadanya: "Kami tidak berdaya dan tidak akan sanggup
menghadapi dan melawan Jalout berserta tenteranya hari ini. Mereka lebih
lengkap peralatannya dan lebih besar bilangannya daripada pasukan kami."
Akan tetapi kelompok yang setia yang merupakan golongan yang kecil
dalam pasukan Thalout, tidak merasa takut dan gentar menghadapi Jalout dan bala
tenteranya, walaupun mereka lebih besar dan lebih lengkap peralatannya karena
mereka keluar ke medan perang mengikuti Thalout dengan tekad yang bulat hendak
membebaskan negerinya dari para penyerbu dengan berbekal tawakkal dan iman
kepada Allah. Sejak mereka melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah
berniat bulat berjuang bermati-matian melawan musuh yang telah merampas rumah
dan tanah mereka dan bersedia mati untuk tugas suci itu. Berkata mereka kepada
kawan-2nya kelompok pengecut itu: "Majulah terus untuk bertempur melawan musuh.
Kami tidak akan kalah karena bilangan yang sedikit atau kerana kelemahan
fizikal. Kami akan menggondol kemenangan bila iman di dalam dada kami tidak
tergoyahkan dan kepercayaan kami akan pertolongan Allah tidak menipis. Berapa
banyak terjadi sudah, bahwa kelompok yang kecil jumlahnya mengalahkan kelompok
yang besar, bila Allah mengizinkannya dan memberikan pertolongan-Nya. Dan Allah
selalu berada di sisi orang-orang yang beriman, sabar dan bertawakkal."
Dengan tidak menghiraukan kasak-kusuk dan bisikan kelompok
pengecut yang ingin mundur dan melarikan diri dari kewajiban berperang, Raja
Thalout terus maju memimpin pasukannya seraya bertawakkal kepada Allah memohon
pertolongan dan perlindungan-Nya.
Setelah kedua pasukan merapat berhadapan satu dengan yang lain dan
pertempuran dimulai, keluarlah dari tengah-2 barisan bangsa Palestin, panglima
besarnya yang bernama Jalout berteriak dengan sekuat suaranya menentang pasukan
Thalout mengajak bertarung seorang lawan seorang Berulang-ulang ia berseru
dengan suara yang lantang agar pihat Thalout mengeluarkan seorang yang akan
melawan dia bertanding dan bertarung namun tidak seorang pun keluar adri tengah
pasukan Bani Isra'il menghadapinya. Kata-kata ejekan dan hinaan dilontarkan
oleh Jalout kepada pihak musuhnya, pasukan Bani Isra'il yang sedang dicekam
oleh rasa takut dan bimbang menghadapi Jalout yang sudah termasyur sebagai
jaguh yang tidak pernah terkalahkan itu.
Pada saat yang kritis dan tegang itu di mana rasa malu rendah diri
memenuhi dada dan hati para pemimpin pasukan Bani Isra'il yang sedang memandang
satu kepada yang lain, seray bertanya-tanya dalam hati masing-2 gerangan
siapakah di antara mereka yang dapat maju membungkam ,ulut si Jalout yang
berteriak-teriak itu dan melawannya, datanglah pada saat itu menghadap raja
Thalout seorang lelaki remaja berparas tampan, bertubuh kekar dan tegak, sinar
matanya memancarkan keberanian dan kecerdasan. Ia meminta izin dari sang raja
untuk keluar menyambut tentangan Jalout dan menandinginya.
Thalout merasa kagum akan keberanian pemuda yang telah menawarkan
dirinya untuk bertarung dengan Jalout, sementara orang-orang dari pasukannya
sendiri yang sudah berpengalaman berperang tidak ada yang tergerak hatinya
untuk menyahut cabaran Jalout yang berteriak-teriak melontarkan ejekan dan
hinaan. Thalout dengan cermat memperhatikan perawakan sang pemuda itu merasa
berat dan ragu-ragu untuk memberi izin kepadanya turun ke gelanggang melawan
Jalout. Ia tidak membayangkan seorang dalam usia semuda itu, yang belum pernah
turun ke medan perang dan tiak berpengalaman bertarung akan selamat dan keluar
hidup dari pertarungan melawan Jalout. Ia benar-benar bukan tandingannya, kata
hati Thalout, bahkan merupakan suatu dosa bila ia melepaskan pemuda itu
bertarung dengan Jalout. Sayang bagi usianya yang masih muda itu bila ia akan
menjadi korban dan makanan pedang Jalout yang tidak pernah memberi ampun kepada
lawan-lawannya.
Sang pemuda dengan memperhatikan roman muka Thalout dapat
menangkap isi hatinya bahwa ia ragu-ragu dan bimbang untuk melepaskannya
bertarung dengan Jalout maka berkatalah ia kepadanya: "Janganlah engkau
terpengaruh oleh usia mudaku dan keadaan fizikalku yang menjadikan engkau
ragu-ragu dan khuatir melepaskan aku melawan Jalout karena yang menentukan
dalampertarungan bukanlah hanya kekuatan fizikal dan kebesaran badan akan
tetapi yang lebih penting dari itu ialah keteguhan hati dan keuletan bertempur
serta iman dan kepercayaan kepada Allah yang menentukan hidup matinya seseorang
hamba-Nya. beberapa hari yang lalu aku telah berhasil menangkap seekor singa
dan membunuhnya tatkal ia hendak menyergap dombaku dan sebelum itu terjadi pula
aku menghadang seekor beruang yang ganas dan berhasil membunuhnya setelah
bergulat mati-matian. Maka bukanlah usia atau kekuatan badan yang merupakan
faktor yang menentukan dalam pertempuran tetapi keberanian dan keteguhan hati
serta kelincahan dan kecepatan bergerak dengan disertai perhitungan yang tepat,
itulah merupakan senjata yang lebih ampuh dalam setiap pertarungan."
Mendengar kata-kata yang penuh semangat yang keluar dari hati yang
ikhlas dan jujur sedarlah Thalout bahawa pemuda itu berkemahuan keras ingin
melawan Jalout. Ia percaya kepada dirinya sendiri bahwa ia dapat mengalahkannya
maka diberinyalah izin dan restu oleh Thalout untuk melaksanakan kehendaknya
dengan diiringi doa semuga Allah melindunginya dan mengurniainya dengan
kemenangan yang diharap-harapkan oleh seluruh anggota pasukan. Kemudian ia
diberinya pedang, topi baja dan zirah baju besi namun ia enggan mengenakan
pakaian yang berat itu dan pedang pun ia menolak untuk membawanya dengan alasan
ia belum biasa menggunakan senjata itu. Ia hanya membawa sebuah tongkat
beberapa batu kerikil dan sebuah bandul untuk melemparkan batu-batu itu.
Berkatalah Thalout kpanya: "Bagaimana engkau dapat bertarung
dengan hanya bersenjatakan tongkat, bandul dan batu-batu melawan Jalout yang
bersenjatakan pedang, panah dan berpakaian lengkap?"
Pemuda itu menjawab: "Tuhan yang telah melindungiku dan taring singa dan kuku beruang akan melindungiku pula dari pedang dan panah Jalout yang durhaka itu." Lalu dengan berbekalkan senjata yang sgt sedrhana itu, keluarlah ia dari tengah-2 barisan Bani Isra'il menuju gelanggang di mana Jalout sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya seraya berteriak-teriak mengejek dan menyombangkan diri.
Pemuda itu menjawab: "Tuhan yang telah melindungiku dan taring singa dan kuku beruang akan melindungiku pula dari pedang dan panah Jalout yang durhaka itu." Lalu dengan berbekalkan senjata yang sgt sedrhana itu, keluarlah ia dari tengah-2 barisan Bani Isra'il menuju gelanggang di mana Jalout sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya seraya berteriak-teriak mengejek dan menyombangkan diri.
Tatkala Jalout melihat bahwa yang masuk gelanggang hendak
bertanding dengan dia adalah seorang pemuda remaja tidak bersenjatakan pedang
atau panah dan tidak pula mengenakan topi baja dan zirah, dihinalah ia dan
diejek dengan kata-kata: "Utk apakah tongkat yang engkau bawa
itu."Utk mengejar anjingkah atau untuk memukul anak-anak yang sebaya
dengan engkau? Di mana pedangmu dan zirahmu? Rupa-rupanya engkau sudah bosan
hidup dan ingin mati padahal engkau masih muda yang belum merasakan
suka-dukanya kehidupan dan yang masih harus banyak belajar dari pengalaman.
Majulah engkau ke sini akan aku habiskan nyawamudalam sekelip mata dan akan
kujadikan dagingmu makanan yang lazat bagi binatang-2 di darat dan burung-2 di
udara."
Sang pemuda menjawab: "Engkau boleh bangga dengan zirah dan
topi bajamu, boleh merasa kuat dan ampuh dengan pedang dan panahmu yang tidak
akan sanggup menyelamatkan nyawamu dan tanganku yang masih halus dan bersih
ini. Aku datang ke sini dengan nama Allah Tuhan Bani Isra'il yang telah lama
engkau hina, engkau jajah dan engkau tundukkan. Engkau sebentar lagi akan
mengetahui pedang dan panahkah yang akan mengakhiri hayatku atau kehendak Allah
dan kekuasaan-Nya yang akan meranggut nyawamu dan mengirimkan engkau ke neraka Jahannam?"
Melihat Jalout melangkah maju, maka sebelum ia sempat mendekatinya, sang pemuda segera mengeluarkan batu dari sakunya, melemparkannya dengan bandul tepat ke arah kepala Jalout yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan derasnya hingga menutupi kedua matanya, lalu diikuti dengan lemparan batu kedua dan ketiga oleh sang pemuda hingga terjatuhlah Jalout tertiarap di atas lantai menghembuskan nafas terakhirnya.
Melihat Jalout melangkah maju, maka sebelum ia sempat mendekatinya, sang pemuda segera mengeluarkan batu dari sakunya, melemparkannya dengan bandul tepat ke arah kepala Jalout yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan derasnya hingga menutupi kedua matanya, lalu diikuti dengan lemparan batu kedua dan ketiga oleh sang pemuda hingga terjatuhlah Jalout tertiarap di atas lantai menghembuskan nafas terakhirnya.
Bergemuruhlah suara teriakan gembira dan sorak-sorai dari pihak
pasukan Bani Isra'il menyambut kemenangan pemuda gagah perkasa itu atas Jalout
jaguh dan kebanggaan bangsa Palestin. Dan dengan matinya Jalout hilanglah
semangat tempur pasukan Palestin dan mundurlah mereka melarikan diri
tunggang-langgang seraya dikejar dan diajar tanpa ampun oleh pasukan Thalout
yang telah memperoleh kembali semangat juangnya dan harga diri serta kebanggaan
nasionalnya.
Isi cerita di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah
"Al-Baqarah" ayat 246 sehingga 251 yang bermaksud :~
"246~ Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani
Isra'il sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi
mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami dapat berperang {di
bawah pimpinannya} di jalan Allah." Nabi mereka berkata: "Mungkin
sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang`."
Mereka menjawab : "Mengapa kami tidak mahu berperang di jalan Allah,
padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari
anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka
pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha
Mengetahui akan orang-orang yang zalim. 247~ Nabi mereka mengatakan kepada
mereka: "Sesungguhnya Allah mengangkat Thalout menjadi rajamu."
Mereka menjawab: "Bagaimana Thalout memerintah kami padahal kami lebih
berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi
kekayaan yang cukup banyak?" Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah
telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh
yang perkasa." Allah memberi pemerintahan kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. 248~
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan
menjadi raja ialah kembalinya tabout kepadamu di dalamnya terdapat ketenangan
dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun tabout
itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda
bagimu jika kamu orang yang beriman. 249~ Maka tatkala Thalout ke luar membawa
tenteranya ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan satu
sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan
barangsiapa tidak merasakan airnya kecuali orang yang hanya menciduk seciduk
tangan, maka ia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnnya terkecuali
beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalout dan orang-orang yang
beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum
berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalout dan
tenteranya." Orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui jalan
Allah berkata: "Berpa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah berserta orang-orang
yang sabar. 250~ tatkala Jalout dan tenteranya telah nampak oleh mereka, mereka
pun berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan
kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir."
251~ Mereka {tentera Thalout} mengalahkan tentera Jalout dengan izin Allah dan
{dalam peperangan itu} Daud membunuh Jalout, kemudian Allah memberikan
kepadanya {Daud} pemerintahan dan hikmah {sesudah meninggalkan Thalout} serta
Allah mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya." { Al-Baqarah : 246
~ 251 }
Tidak ada komentar:
Posting Komentar